Senin, 11 November 2013

KAJIAN PROSA FIKSI “MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK” DRAMA SAYANG ADA ORANG LAIN KARYA: UTUY TATANG SONTANI

                                                  Sayang Ada Orang Lain
                                              Karya. Utuy Tatang Sontani


    Di rumah Suminto yang sempit dan sederhana. Suasana sepi. Tiba-tiba datang seorang laki-laki mencari Suminto.
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel.
Suminto:     Dia mau pergi, ada urusan.
Hamid:    dan kau, tinggal di rumah? Mengapa tidak berduaan saja sambil rekreasi. Ini kan hari minggu?
Suminto:    Hari minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang nagih utang.
Hamid:    Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
    (Mini pergi keluar)
Hamid:    Minto, beruntung sekali kamu memiliki istri seperti dia. Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.
Hamid:     Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dealektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dengan segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.
Suminto:    Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutupi kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu pak Hamid.
Hamid:    Siapa yang menganjurkan kamu nuntuk korupsi? Aku tidak bilang begitu. Aku cuman menganjurkan agar kamu berpikir dialektis, agar kamu dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi... sudahlah, Minto, aku kesini sebenarnya mau pinjam reket Badmintonmu.
Suminto:     Sudah tidak ada.
Hamid:    Kemana?
Suminto:    Sudah kujual untuk menutup kekurangan.






1. PENGERTIAN DRAMA
Menurut Santoso (1995:119), drama adalah kisah yang didramatisasi dan ditulis untuk dipertunjukkan di atas pentas oleh sejumlah pemain. Dalam hubungannya dengan istilah tokoh, drama diartikan sebagai ragam kesusastraan yang disajikan dalam bentuk teks atau naskah, menggunakan bentuk cakapan, bertujuan menggmbarkan kehidupan manusia, melalui perwatakan tokoh dan gerak.
Dirancang untuk dipentaskan di panggung. Inilah pembeda antara drama dengan karya sastra yang lain. Drama dapat dibedakan dengan karya sastra dan seni yang lain karena adanya dialog. Dialog memiliki kekuatan untuk memberikan gambaran awal pada pembaca bahwa yang sedang ia hadapi adalah sebuah naskah drama, bukan novel, cerpen, atau karya seni yang lain. Drama sebagai karya sastra dari Drama segi bentuk fisik ditampilkan dalam bentuk yang menyerupai percakapan. Percakapan ini ditambah dengan kadar emosi, ekspresi, dan akting yang wajar untuk mencapai penciptaan estetika. Dengan memainkan emosi, ekspresi dan akting, seorang actor dapat merangsang penonton atau pendengar untuk menemukan karakter apa yang sedang dimainkan oleh seorang actor.
2. UNSUR INSTRINSIK DRAMA
1. Tema
Kata tema berasal dari bahasa latin theme yang berarti pokok pikiran Scarbach (dalam Aminuddin, 1995:91) mengartikan tema sebagai tempat meletakkan suatau perangkat karena tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang yang memaparkan fiksi yang dibuatnya.
Tema adalah suatu gagasan pokok atau pikiran dalam membuat suatu pikiran dalam membuat suatu tulisan. Menurut Ensiklopedi Sastra Indonesia, tema adalah gagasan, ide pokok, persoalan yang menjadi dasar cerita.

2. Alur atau Plot
Menurut Zaidan (2000:26) alur adalah struktur yang berwujud jalinan peristiwa di dalam karya sastra yang memperlihatkan kepaduan (koherensi) tertentu yang diwujudkan antara lain hubungan sebab-akibat, tokoh, tema atau ketiganya.
Jalinan peristiwa dalam sebuah karya sastra dapat diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan dalam pengembangan cerita atau kisah dalam karya sastra. Jalinan kisah atau cerita ini dapat diurutkan secara kronologis dimana kejadiannya digambarkan dari awal, tengah, dan akhir. Dapat pula digambarkan dengan menggunakan teknik penggambaran kilas balik sehingga urutan cerita atau kisah dapat dimulai di tengah, akhir kemudian awal.
Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur dibedakan atas: alur maju, alur mundur, dan alur campuran. Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Yaitu alur yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. . Alur mundur disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tahap tengah dan baru kemudian tahap awalnya. Dan perkenalan sebagai urutan fase terbalik yang sudah barang tentu akan membuat tulisan menjadi berbeda karena tuturan cerita akan terbalik dengan ditampilkannya amanat ataupun kesimpulan cerita terlebih dahulu. Sedangkan Alur campuran merupakan hasil paduan dari maju dan mundur. Ini tentunya masih menggunakan 6 unsur penyusun plot. Meski demikian susunanya dapat diganti dan disusun ulang tanpa berurutan.
Dalam alur terdapat bagian terpenting, yaitu klimaks atau puncak ketegangan konflik. Klimaks harus tajam agar misi drama tercapai. Drama yang datar tidak menarik. Adapun bagian-bagian plot (unsur pembentuk alur) drama sebagai berikut:
1)    Eksposisi (pelukisan awal), yaitu bagian cerita yang bertujuan memperkenalkan cerita, tokoh, dan drama agar penonton memperoleh gambaran drama yang ditontonnya.
2)    Konflik, yaitu keadaan dimana tokoh terlibat dalam suatu pokok permasalahan. Pada bagian ini awal mula terjadinya insiden pertiaian.
3)    Komplikasi pertikaian, yaitu bagian cerita yang mengisahkan persoalan baru sebagai akibat konflik antartokoh.
4)    Klimaks (puncak ketegangan), yaitu peristiwa puncak atau puncak konflik.
5)    Peleraian, yaitu tahap peristiwa yang terjadi menunjukan perkembangan lakuan kearah selesaian.
6)    Penyelesaian (happy ending/akhir bahagia, sed ending/akhir sedih), yaitu tahap akhir suatu cerita.

3. Tokoh dan Penokohan
1. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita. Sesuai perannya dalam jalan cerita, tokoh drama dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1.    Tokoh utama atau protogonis yaitu tokoh yang memiliki kehendak tertentu dalam cerita. Biasanya kehendak yang baik atau kebijakan. Oleh sebab itu, tokoh ini disebut tokoh berkarakter baik.
2.    Tokoh penentang atau antagonis yaitu tokoh yang menentang kehendak tokoh utama. Tokoh ini disebut tokoh berkarakter jahat.
3.    Tokoh penengah atau tritagonis yaitu tokoh yang perannya menengahi pertikaian antara tokoh utama dan tokoh penentang.

Ada tiga jenis tokoh bila dilihat dari sisi keterlibatannya dalam penggerakan alur, yaitu
1)    Tokoh sentral merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan alur. Tokoh sentral merupakan pusat cerita, penyebab munculnya konflik.
2)    Tokoh bawahan merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam pengembangan alur itu.
3)    Tokoh latar merupakan tokoh yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap pengembangan alur. Kehadirannya hanyalah sebagai pelengkap latar, berfungsi menghidupkan latar.
Tokoh dalam cetita fiksi juga dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu, yaitu:
1.    Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi menjadi:
1)    Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
2)    Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
2. Jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, dapat dibedakan menjadi:
1)    Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya disebut hero. Ia merupakan tokoh yang taat norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita (Altenbernd & Lewis dalam Nurgiantoro 2004: 178).
2)    Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik atau sering disebut sebagai tokoh jahat. Tokoh ini juga mungkin diberi simpati oleh pembaca jika dipandang dari kaca mata si penjahat itu, sehingga memperoleh banyak kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara vaktual dibenci oleh masyarakat.
3. Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
1)    Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu atau sifat watak yang tertentu saja, bersifat datar dan monoton.
2)    Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan yang terjadi pada tokoh ini.
4. Bedasarkan kriteria bekembang atau tidaknya perwatakan tokoh-tokoh cerita dalam sebuah   novel, tokoh dibedakan menjadi:
1)    Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan    atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi (Altenbernd & Lewis, dalam buku Teori Pengkajian Fiksi 1994: 188).
2)    Tokoh berkembang adalah tokoh yang cenderung akan menjadi tokoh yang kompleks. Hal itu disebabkan adanya berbagai perubahan dan perkembangan sikap, watak dan tingkah lakunya itu dimungkinkan sekali dapat terungkapkannya berbagi sisi kejiwaannya.
5. Bedasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia dalam kehidupan nyata, tokoh cerita dapat dibedakan menjadi:
1)    Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih ditonjolkan kualitas kebangsaannya atau pekerjaannya Altenbernd & Lewis (dalam Nurgiantoro 2002: 190) atau sesuatu yang lain yang bersifat mewakili.
2)    Tokoh netral adalah tokoh yang bereksistensi dalam cerita itu sendiri. Ia merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
2. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan atau melukiskan tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Dalam penokohan, watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dialog tokoh, penjelasan tokoh dan penggambaran fisik.
Ada dua jenis penokohan, yaitu:
1.    Secara langsung atau deskriptif/analitik, dimana pengarang langsung malukiskan atau menyebutkan secara terperinci bagaimana watak sang tokoh, bagaimana ciri-ciri fisiknya, apa pekerjaannya, dan sebagainya.
2.    Secara tidak langsung/dramatik, dimana pengarang melukiskan sifat dan ciri fisik sang tokoh melalui reaksi tokoh lain terhadap tokoh sentral, melalui gambaran lingkungan sekitar tokoh sentral, melalui aktivitas tokoh sentral, dan melalui jalan pikiran tokoh sentral, serta dapat diungkapkan melalui percakapan antar tokoh dalam cerita tersebut.

4. Dialog
Ciri khas suatu drama adalah naskah tersebut berbentuk percakapan atau dialog. Penulis naskah drama harus memerhatikan pembicaraan yang akan diucapkan. Ragam bahasa dalam dialog antar tokoh merupakan ragam lisan yang komunikatif.
Selain dialog, dalam drama juga dikenal istilah monolog (adegan sandiwara dengan pelaku tunggal yang membawakan percakapan seorang diri; pembicaraan yang dilakukan dengan diri sendiri), prolog (pembukaan atau pengantar naskah yang berisi keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan), dan epilog (bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau kesimpulan pengarang mengenai cerita yang disajikan).
5. Latar atau Setting
Menurut Nurgiyantoro (1994:227), latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata. Tempat dengan inisial tertentu, biasanya berupa huruf awalan (kapital) nama suatu tempat, juga menyaran pada tempat tertentu.
6. Petunjuk Laku
Petunjuk laku atau catatan pinggir berisi penjelasan kepada pembaca atau para pendukung pementasan mengenai keadaan, suasana, peristiwa, atau perbuatan, tokoh, dan unsur-unsur cerita lainnya. Petunjuk laku sangat diperlukan dalam naskah drama. Petunjuk laku berisi petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana, pentas, suara, keluar masuknya aktor atau aktris, keras lemahnya dialog, dan sebagainya. Petunjuk laku ini biasanya ditulis dengan menggunakan huruf yang dicetak miring atau huruf besar semua. Di dalam dialog, petunjuk laku ditulis dengan cara diberi tanda kurung di depan dan di belakang kata atau kalimat yang menjadi petunjuk laku).
7. Amanat
Amanat atau pesan adalah ajaran moral atu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya. Amanat merupakan nilai implicit dalam cerita yang harus dicari penonton. Amanat dalam drama bias diungkapkan secara langsung (tersurat) dan bias juga tidak langsung atau memerlukan pemahaman lebih lanjut (tersirat). Drama yang baik hendaknya mengandung pesan kemanusiaan, sehingga mampu mengembalikan manusia kepada sifat-sifat kebaikannya.

3.UNSUR EKSTRINSIK DRAMA
Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya saatra tersebut. Unsur ekstrinsik pada karya sastra merupakan wujud murni pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun unsur ekstrinsik dalam drama terdiri atas empat bagian, yaitu:
1.    Nilai sosial-budaya, yaitu nilai yang berkaitan dengan norma yang ada dalam masyarakat. Nilai sosial budaya ini berhubungan dengan nilai peradaban kita sebagai manusia. Karena budaya mempunyai makna pikiran, akal budi, adat istiadat, sesuatu yang sukar di ubah, dan sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi pada manusia.
2.    Nilai moral, yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau budi pekerti/asusila atau baik buruknya tingkah laku.
3.    Nilai agama/religious, yaitu nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
Nilai ekonomi, yaitu nilai yang berkaitan dengan perekonomian.


ANALISIS DRAMA “SAYANG ADA ORANG LAIN”,KARYA UTUY TATANG SONTANI
a. Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema dari drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani, yaitu  “Masalah Kurangya Kebutuan Ekonomi”.
Hal ini dapat dibuktikan dengan keluhan Suminto akan gajinya sebagai seorang karyawan sederhana yang tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama sebulan, ia harus mengutang.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.


2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani, yaitu:
1. Tokoh utamanya, yaitu Suminto. Ia adalah tokoh yang paling banyak di ceritakan, baik sebagaipelaku kejadian maupun dikenai kejadian.
2. Tokoh tambahannya, yaitu Sumini. Ia merupakan tokoh yang hanya muncul seikit dalam cerita. Dan kehadirannya hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
3. Tokoh protagonisnya, yaitu Suminto. Ia merupakan tokoh byang baik dan pembangun alur dalam cerita.
4. Tokoh antagonisnya, yaitu Hamid. Ia merupakan yang memiliki kehendak berlawanan terhadap Suminto.
5. Tokoh sederhana, yaitu Suminto. Ia memiliki sifat yang baik dari awal hingga akhir cerita.
6. Tokoh statinya, yaitu Suminto. Ia merupakan tokohcerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.
7. Tokoh sentralnya, yaitu suminto. Ia merupakan tokoh yang sangat potensial dalam menggerakkan alur.
8. Tokoh bawahannya, yaitu Hamid. Ia merupakan tokoh yang tidak begitu besar pengarunya terhadap perkembangan alur, walaupun ia terlibat juga dalam perkembangan aur itu.
    Penokohan dalam drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani yaitu:
1. Suminto, seorang lelaki yang jujur dan rajin. Kejujurannya ia tunjukkan dengan tidak mau melakukan tindakan korupsi sebagai seorang pegawai meskipun kehidupannya sangat sederhana dan kekurangan. Dan kerajinannya ia tunjukkun untuk terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membayar orang-orang yang mengutangkan kepada istrinya.
2. Hamid, seorang lelaki yang baik. Hal ini ia tunjukkan dengan selalu menasehati Suminto untuk mengubah cara berpikirnya secara dialektik agar kehidupnya menjadi lebih baik.
3. Sumini, seorang wanita yang taat pada suami dan boros. Ketaatannya ia tunjukkan pada saat mencium tangan berpamitan. Sedangkan keborsannya ia tunjukkan untuk selalu mengutang dan Suminto harus membayar utang-utangnya. 



3. Dialog
...
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel.
Suminto:     Dia mau pergi, ada urusan
....
    Kutipan diatas disebut dialog karena percakapan itu dilakukan lebih gdari dua orang. Kutipan teks drama diatas dapat disebut sebagai dialog karena diucapkan secara bergantian oleh tokoh Hamid, Sumini, dan Snminto.

4. Alur
    Alur dari drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani ini adalah:
1. Eksposisi (pelukisan awal)
a. Panggung menggambarkan sebuah rumah sepasang suami istri. Terdapat pintu dan di dalam rumah terdapat sebuah ruang tengah yang terdapat kursi dan meja.
(Pengenalan Latar Pentas)
b. Waktu drama dimulai, Hamid datang mencari Suminto di rumahnya. Saat itu pagi menjelang siang hari.
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
 (Pengenalan Para Tokoh)
    Dari penggalan drama diatas, terlihat bahwa drama Sayang Ada Orang Lain ini dimulai dengan penggambaran latar pentas yang dibuat oleh pengarang sebagai pengantar cerita. Kemudian, dilanjutkan dengan pengenalan para tokoh yang diawali dengan pak Hamid datang mencari Suminto di rumahnya, hingga Sumini muncul dengan pakian yang bagus dan Suminto muncul dengan kaos oblong dan sarungnya.

2.  Konflik
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel.
Suminto:     Dia mau pergi, ada urusan.
Hamid:    dan kau, tinggal di rumah? Mengapa tidak berduaan saja sambil rekreasi. Ini kan hari minggu?
Suminto:    Hari minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang nagih utang.
Hamid:    Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
Dari penggalan drama diatas, terlihat bahwa Sayang Ada Orang Lain sudah mulai masuk pada tahap konflik atau masalah awal, dimana tokoh Suminto mengeluh akan keadaan kehidupannya sehari-hari yang selalu di datangi oleh penagih utang.

3. Klimaks (Puncak ketegangan)
Hamid:    Minto, beruntung sekali kamu memiliki istri seperti dia. Tapi anehnya, engkau selalu kelihatan lesu.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.
Hamid:     Aku sudah beberapa kali menganjurkan supaya berubah cara berpikirmu. Kamu harus melihat realitas, berpikir yang dealektik. Mestinya kau tidak perlu pesimis dengan gajimu yang tidak cukup itu, kamu harus bisa menggunakan kesempatan dengan segala cara, agar rumah tanggamu menjadi kuat.
Suminto:    Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutupi kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu pak Hamid.
Cerita ini mencapai puncaknya pada saat Hamid menyarankan kepada Suminto, agar ia mau berpikir secara dialektik, untuk menggunakan segala cara untuk memperbaiki kehidupannya menjadi lebih baik. Namun Suminto menanggapinya lain, ia berpikir bahwa Hamid menyuruhnya untuk melakukan korupsi.
4. Peleraian
Hamid:    Siapa yang menganjurkan kamu nuntuk korupsi? Aku tidak bilang begitu. Aku cuman menganjurkan agar kamu berpikir dialektis, agar kamu dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi... sudahlah, Minto, aku kesini sebenarnya mau pinjam reket Badmintonmu.
Cerita ini dileraikan dengan tidak dilangsungkannnya kata-kata Hamid. Serta menyebutkan maksud tujuannya ke rumah Suminto untuk meminjam reket Badmintonnya.


5. Penyelesaian
Suminto:     Sudah tidak ada.
Hamid:    Kemana?
Suminto:    Sudah kujual untuk menutup kekurangan.
Cerita ini diselesaikan dengan diberitahunya Suminto, bahwa reket yang ingin dipinjam oleh Hamid telah dijual untuk menutupi kekurangan kebutuhan hidupnya. Dan cerita ini berakhir dengan Sad ending/ akhir sedih. Karena Hamid tidak dapat meminjam reket Suminto yang telah dijual, begitupun dengan  Suminto yang tidak bisa menemukan cara bagaimana agar dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik.

5. Latar/Setting
    Latar dari drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani ini terbagi tiga jenis, yaitu:
1. Latar Tempat
a. Di rumah Suminto, Tempat Hamid mencari Suminto.
 Di rumah Suminto yang sempit dan sederhana. Suasana sepi. Tiba-tiba datang seorang laki-laki mencari Suminto

b. Ruang tengah rumah, tempat Hamid dan Suminto bebincang-bincang.
c. Di kursi, tempat dipersilahkan duduknya pak Hamid.
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
    (Mini pergi keluar)

2. Latar Waktu
    Latar waktu yang ditunjukkan dalam drama ini hanya terjadi di siang hari. Hal ini dapat dilihat dari kutipan:
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
3. Latar Suasana
a. Aneh, suasana ketika Hamid melihat Suminto memakai kaus oblong dan sarung, sementara istri Suminto memakai pakaian bagus.
Hamid:        Lho aneh...! Istrinya perlente, Suaminya kayak gembel
b. Pesimis, perasaan Suminto terhadap dirinya sendriri.
Suminto:    Hari minggu malah lebih memusingkan. Uang tak ada, malas mau pergi. Diam di rumah, banyak yang nagih utang.
Hamid:    Engkau selalu pesimis, Minto. Untung istrimu tidak.
c. Lesu, suasana ketika Suminto mengeluh akan kehidupannya  yang sangat sederhana dan  kekurangan dan harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengutang.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.

6. Petunjuk Laku
Petunjuk laku yang terdapat dalam drama Sayang Ada Orang Lain, yaitu diantaranya terdapat pada kutipan berikut:
...
Hamid:        Minto... Minto... kamu masih tidur di siang begini?
        (Sumini istri Suminto muncul dengan pakaian yang bagus)
        Suminto ada?
Sumini:    Mas... Mas... Ini ada pak Hamid!
        (Minto muncul dengan kaus oblong dan sarung).
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
    (Mini pergi keluar)
....


7. Amanat
Amanat dari drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani ini, yaitu:
1. Jangan pernah mengeluh terhadap kehidupan yang diperoleh meskipun sangat sedehana, karena jauh diluar sana masih ada orang yang lebih kekurangan daripada diri kita.
2. Jangan pernah melakukan suatu tindakan yang akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
3. Jujurlah terhadap pekerjaan kita.



b. Unsur Ekstrinsik
Nilai-nilai yang terkandung dalam drama Sayang Ada Orang Lain, karya Utuy Tatang Sontani, yaitu:

1. Nilai Sosial
Nilai sosial terletak pada pemikiran Suminto untuk tidak melakukan korupsi meskipun hidupnya sangat sederhana dan kekurangan.
Suminto:    Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutupi kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu pak Hamid.
Hamid:    Siapa yang menganjurkan kamu untuk korupsi? Aku tidak bilang begitu. Aku cuman menganjurkan agar kamu berpikir dialektis, agar kamu dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik. Tapi... sudahlah, Minto, aku kesini sebenarnya mau pinjam reket Badmintonmu
2. Nilai Moral
Nilai moral terletak pada saat Sumini berpamitan dan mencium tangan Suminto. Hal ini menunujukkan bahwa Sumini memiliki tingkah laku yang baik terhadap suaminya.
Sumini:    Perempuan jangan disamakan dengan laki-laki pak Hamid. Silahkan duduk pak Hamid, saya mau pergi dulu, ada urusan.
    (mendekati Suminto, lalu mencium tangan berpamitan).
    Saya pergi dulu Mas!
    (Mini pergi keluar)

3. Nilai Agama
Nilai agama terletak pada kejuuran Suminto terhadap pekerjaannya dengan tidak mau melakukan korupsi.
Suminto:    Lantas, apa aku harus korupsi untuk menutupi kekurangan? Aku tidak bisa berbuat senista itu pak Hamid.
    Hal ini menunjukkan bahwa ia ingat terhadap Tuhan dengan tidak mau menggunakan cara yang curang untuk mendapatkan sesuatu. Sebab Tuhan sangat murka terhadap orang yang melakukan sesuatu dengan cara yang curang, apalagi untuk kesenangan pribadi.

4. Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi terletak pada kehidupan Suminto yang sederhana dan harus mengutang untuk memenuhi kehidupannya selama sebulan.
Suminto:    Bagaimana tidak lesu, gaji pegawai rendahan seperti saya ini sangat tidak seimbang dengan harga-harga di pasar. Gaji yang saya terima sekarang hanya untuk hidup sepuluh hari saja, yang dua puluh hari mesti ditutupi dengan utang, kalu perlu menjual barang yang layak di jual. Kian lama utang bukan kian sedikit, pak Hamid, tapi makin menggunung. Aku bekerja bukan hanya untuk diriku dan istriku, atau biaya sekolah seorang anakku. Tapi semata-mata untuk mereka yang mengutangkan kepada istriku.

Selasa, 29 Oktober 2013

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA “Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar ”


                                                             KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas  berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan .
Kami berharap  semoga Makalah yang berjudul “Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar” dapat bermanfaat bagi para pembaca makalah ini dan dapat mengetahui dan memahami tentang apa sebenarya pelaksanaan proses belajar mengajar tersebut.
Makalah tentang pelaksanaan proses belajar mengajar ini disusun untuk turut menambah buku bacaan perkuliahan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut masalah pembahasan pelaksanaan proses belajar mengajar yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan saya, maka dari itu saya butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata diucapkan .
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .

                                                                                        Kendari,  April 2013
                                                                                                 
                                                                                                 Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang

Pemahaman seorang guru terhadap pengertian belajar mengajar akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan PBM. Sedangkan pandangan tentang belajar mengajar itu sendiri terus berkembang sejalan dengan tuntutan perkembangan IPTEK.
Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap.
2)    Bahwa perubahan itu membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan aktivitas belajar.
3)    Bahwa perubahan itu dilakukan lewat kegiatan atau usaha atau praktek secara disengaja dan diperkuat.
mengajar merupakan suatu kompetensi / tugas guru untuk mengubah prilaku dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau pengajaran.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai yang menerima pelajaran (peserta didik) sedangkan menunjuk kegiatan apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar.
Sementara itu proses belajar mengajar (PBM) dapat diartikan hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang di ajar (siswa), sehingga terjadi suasana di mana pihak siswa aktif belajar dan pihak guru aktif mengajar.[7] Dengan demikian proses belajar mengajar ini merupakan proses interaksi antara guru dengan murid atau peserta didik pada saat pengajaran.
Didalam kegiatan belajar mengajar juga  melibatkan beberapa komponen dalam proses belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul “metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan , kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya  pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.

1.2 Rumusan Masalah

•    Pengertian pelaksanaan proses belajar mengajar
•    Komponen-komponen proses belajar mengajar
•    Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar
•    Hakekat proses belajar mengajar

1.3    Tujuan
•    Untuk mendeskripsikan pengertian pelaksanaan proses belajar mengajar
•    Untuk mengetahui komponen-komponen yang ada dalam proses belajar mengajar
•    Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar
•    Untuk memahami kakekat proses belajar mengajar



BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan intraksi antara guru dan  murid dimana akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar ( dimyati dan mudjiono, 2006 : 3 ). Proses pembelajaran juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya intraksi antara pelajar, pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu pula ( hamalik, 2006 : 162 ).
         Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.

2.2 Komponen-Komponen Proses Belajar Mengajar
Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul “metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.
1.    Guru ( Pendidik )
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto ( 2001 : 31 ), memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah:
•    Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang ( mature and developing personality ), 
•    Mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik,
•    Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat dan
•    Sikap profesionalnya berkembang secara bersinambungan.

Sedangkan menurut wardiman djojonegoro yang dikutip oleh suyanto ( 2001 : 33 ).
Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat kreteria utama, yaitu :
•    Kemampuan profesional, meliputi kemampuan intelegensi, sikap dan prestasi kerja;
•    Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk mentranspormasikan kemampuan professional yang dimilikinya kedalam tindakan mendidik dan mengjar secara nyata,
•    Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional, menunjukan intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentarsikan untuk tugas-tugas profesinya; dan 4) kesesuaian antara keahlian dan pekerjaan, disini gur u dituntut untuk dapat membelajarkan siswa secara tuntas, benar dan berhasil.

Terkait dengan hal tersebut, maka fungsi dan tugas guru dalam situasi pendidikan dan pengajaran terjalin intraksi antara dan guru. Intraksi ini sesungguhnya merupakan intraksi antara dua kepribadian yaitu kepribadian guru sebagai seorang dewasa dan sedangkan berkembang mencari bentuk kedewasaan.
Sehubungan dengan itu sukmadinata ( 2004 : 252 ) menjelaskan fungsi / tugas seorang guru dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
1.    Guru Sebagai Pendidik Dan Pengajar
Tugas utama sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, sosial, dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain serta sudah mampu bertanggung jawab atas segala perbuatan dan mampu bersikap obyektif. Dewasa secara sosial berarti telah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya. Dewasa secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya dan mampu berprilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya.

Tugas utama guru sebagai pengajar  adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan afektif dan keterampilan.

2.    Guru Sebagai Pembimbing
Selain sebagai pendidik dan pengajar guru juga sebagai pembimbing. Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam kondisi dan situasi seperti ini mereka perlu mendapatkan bantuan dan bimbingan. Sebagai upaya membantu anak mengatasi kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam perkembangannya.

Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, baik itu tentang segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya. Serta segala latar belakangnya agar tercapai kondisi seperti itu, guru perlu banyak mendekati siswa, membina hubungan yang lebih dekat dan akrap, melakukan pendekatan serta mengadakan dialog-dialog secara langsung.
Selain fungsi seorang guru/ pendidik dalam proses pembelajaran juga seorang guru dituntu memiliki sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru adlah sebagai berikut :
•    Fleksibel, seorang guru adalah seorang yang telah mempunyai pegangan hidup, telah punya prinsip, pendirian dan keyakinan sendiri, baik dalam nilai-nilai maupun dalam ilmu pengetahuan. Guru juga harus bisa bertindak bijaksana, terhadap orang yang tepat dalam situasi yang tepat.
•    Bersikap terbuka, seorang guru hendaknya memiliki sifat terbuka baik untuk menerima kedatangan siswa, untuk diminta bantuan, juga untuk mengoreksi diri.
•    Berdiri sendiri, seorang guru adlah seorang yang telah dewasa, ia telah sangup berdiri sendiri baik secara intelektual, sosial maupun emosional. Berdiri sendiri secara intelektual, berarti ia memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar juga telah memberikan pertimbangan-pertimbangan rasional dan mengambil suatu putusan atau pemecahan masalah.
•    Peka, seorang guru harus peka atau sensitif terhadap penampilan para siswanya.
•    Tekun, pekerjaan seorang guru membutuhkan ketekunan, baik didalam memrsiapkam, melaksankan, menilai maupun membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan datang,
•    Melihat kedepan, tugas guru adalah membina siswa sebagai generasi penerus bagi kehidupan yang akan dating.
•    Menerima diri, seorang guru selain bersikap realistis, ia juga harus mampu menerima keadaan dan kondisi dirinya ( sukmandinata, 2004 : 256-258 ).

Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, seorang guru tidak hanya dituntut pengajar yang bertugas menyampaikan materi pelajaran tertentu, tetapi juga harus berperan sebagai pendidik. Dimyati dan mudjiono (2006 : 41 ) mengatakan tugas seorang guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus harus mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, prisnsip-prinsip belajar sebagai berikut :
•    Perhatian dan motivasi, perhatian dan motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
•    Keaktifan, anak memupunyai dorongan untuk berbuat sesuatu
•    Ketertiban langsung / pengalaman, belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa.
•    Pengulangan, melatih daya-daya jiwa dan membentuk respon yang benar dan bentuk kebiasaan-kebiasaan
•    Tantangan, dalam belajar siswa tentu memiliki hambatan yaitu mepelajari bahan belajar, maka timbulah motif yang mengatasi hambatan itu dengan belajar.

2.    Peserta Didik
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku, pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya untuk mencapai tujuan.
3.    Tujuan Pembelajaran
Pada hakekatnya  tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.
4.    Gaya Hidup
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program pembelajaran, maka kepala sekolah beserta guru-guru lainya untuk menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan oprasional kedalam program tahunan, semesteran, dan bulanan. Adapun program mingguan atau program satuan pelajaran wajib di kembangkan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan :
•    Tujuan yang dikehendaki harus jelas, oprasional mudah terlihat, ketepatan program-program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.
•    Program ini harus sederhana atau fleksibel.
•    Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan
•    Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan jelas pencapaiannya
•    Harus ada koordinasi antara kompone pelaksana program disekolah ( Mulyasa, 2006 : 41 ).

5.    Metode Mengajar
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidup.
6.    Media
Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh pengunaan media pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang mengartikan secara sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau alat peraga. Tapi ada pula yang mengartikan secara luas termasuk juga sumber-sumber belajar selain buku, jurnal, adalah perpustakaan, laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.
7.    Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan ( UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 ).

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar selayaknya berpegang pada apa yang tergantung dalam perencanaan pembelajaran. Selanjutnya diterbitkan oleh Depdiknas ( 2004 : 6 ) tentang factor-faktor yang mempengaruhi PBM tersebut antara lain :
•    Factor guru, pada faktor ini yang perlu mendapat perhatian adalah keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam mengelola tahapan pembelajaran. Didalam intraksi belajar mengajar guru harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode, mengunakan media dan mengalokasikan waktu yang untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah.
•    Faktor  siswa, siswa adalah subyek yang belajar atau yang disebut pembelajar. Pada faktor siswa yang harus diperhatikan adalah karakteristik umum maupun khusus, karateristik umum dari siswa adalah usia yang dikategorikan kedalam
o    Usia anak-anak yaitu usia pra sekolah dasar ( 4- 11 tahun);
o    Usia sekolah lanjutan pertama ( 12-14 tahun ) atau usia pubertas dari setiap siswa;
o    Usia sekolah lanjutan atas ( 15-17 tahun ) atau usia mencari identitas diri. Adapun karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat dapat dilihat dari berbagai sudut antara lain dari sudut lain, dari sudut gaya belajar yang mencakup belajar dengan mengunakan visual,, dengan cara mendengar (auditorial) dan dengan cara bergerak atau kinestetik ( Suprayekti, 2004 : 11 ),
•    Faktor kurikulum, kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam mengkoordinasikan tujuan dan isi pelajaran. Pada faktor ini yang menjadi titik perhatian adalah bagai mana merealialisasikan komponen metode dengan evaluasi,
•    Faktor lingkungan, lingkungan didalam intraksi belajar mengajar merupakan konteks terjadinya pengalaman belajar.


4.2 Hakekat Proses Belajar Mengajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan , kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya  pencapaian pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.

Setiap kegiatan proses belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan bersikenbambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan intraksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan member masukan. Karna itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.

Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak didik sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Rumusan seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan anak dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang dominan dalam keseluruhan proses belajar mengajar

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, bahwa proses pembelajaran sebagai suatu proses intraksi antara guru dan murid dimana akan dikhiri dengan proses evaluasi hasil belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi dan jangka waktu tertentu.
Menurut Adrian ( 2000 : 25 dalam  kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru (pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi pembelajaran.
Selanjutnya, dalam proses belajar mengajar juga ada factor-faktor yang mempengaruhinya yaitu, fator guru, factor siswa, factor kurikulum dan factor lingkungan.
 Setiap kegiatan proses belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan bersikenbambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan intraksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai mediumnya. Pada kegiatan belajar, keduanya (guru-murid) saling mempengaruhi dan member masukan. Karna itulah kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.

3.2 Saran
Demikian makalah yang disusun dan masih banyak kekurangannya. Penulis yakin bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan oleh karenanya saran dan kritik anda yang membangun dan masukan buat saya yang akan  menjadikan makalah ini akan lebih baik. Amin.


Media Jurnalistik Online

                                                          KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas  berkah rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan .
Kami berharap  semoga Makalah yang berjudul “Jurnalistik Online” dapat bermanfaat bagi para pembaca makalah ini dan dapat mengetahui dan memahami tentang apa sebenarya jurnalistik online tersebut.
Makalah tentang jurnalistik  online ini disusun untuk turut menambah buku bacaan perkuliahan mahasiswa jurusan bahasa dan sastra indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan, khususnya menyangkut masalah pembahasan jurnalistik online yang kesemuanya itu disebabkan oleh minimnya pengetahuan kami, maka dari itu kami butuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan .
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh .

                                                                                      Kendari,  Maret  2013
                                                                                                 
                                                                                                 Penyusu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi dekade terakhir ini telah membawa perubahan besar dalam industri komunikasi yang memungkinkan terjadinya konvergensi media dengan menggabungkan media massa konvensional dengan teknologi komunikasi. Hal ini dapat terlihat pada media cetak besar yang ada di Indonesia memanfaatkan teknologi komunikasi dengan membuat portal berita online. Konvergensi media ini pula melahirkan jurnalisme baru yaitu jurnalisme online.
Disamping media komunikasi  yang telah terlebih dahulu akrab dan diterima khalayak seperti media cetak dan media elektronik, media online kini telah menjadi salah satu media komunikasi yang mulai mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Keberadaanya juga mulai menjadi favorit bagi seluruh lapisan masyarakat.
Online  adalah istilah bahasa dalam internet yang artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan internet. Oleh sebab itu jurnalisme online adalah perubahan baru dalam ilmu jurnalistik. Media online menyajikan informasi cepat dan mudah diakses dimana saja.
Media online (online media) juga berarti media massa yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Media online adalah media massa ”generasi ketiga” setelah media cetak (printed media) –koran, tabloid, majalah, buku– dan media elektronik (electronic media) –radio, televisi, dan film/video. Media Online merupakan produk jurnalistik online. Jurnalistik online –disebut juga cyber journalisme– didefinisikan sebagai “pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.
Secara teknis atau ”fisik”, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia (komputer dan internet). Termasuk kategori media online adalah portal, website, radio online, TV online (streaming), dan email.
Cyber journalism juga lazim dikenal dengan nama online journalism dan berbagai ragam jurnalisme "masa kini" meramaikan pasar media massa abad ini. Pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi elektronik, membuka peluang jejaring komunikasi yang semakin asyik dan semakin personal, dengan perangkat  yang semakin ringkas dan bermobilitas tinggi. Jurnalisme ini mengandalkan teknologi Internet sebagai sarana sebarannya. Cyber journalism juga berlandaskan cara kerja dan teknik serta etika yang pada dasarnya berasal dari jurnalisme cetak dan jurnalisme pendahulunya, seperti radio dan televisi atau jurnalisme media siaran (jurnalisme siaran).
Di Indonesia, perkembangan teknologi memiliki banyak implikasi pada seluruh bidang kehidupan manusia. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ikut mempengaruhi proses eksistensi media. Hal tersebut juga terjadi karena pola perkembangan manusia modern yang cenderung serba instan. Media massa sedikit banyak akan mengalami pergeseran atau revolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena kita bisa membacanya secara online. Perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya internet di setiap pelosok di Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah mengakses internet.
Beberapa perusahaan media massa yang mulai merambah online diantaranya :
1.    Kompas.com.
Sebelumnya perusahaan kompas hanya membuat kompas.com untuk selingan dan untuk mengantisipasi menjamurnya media massa online di Indonesia, namun sekarang sudah termasuk sukses dalam pengelolaannya.
2.    Okezone.com.
Okezone.com muncul pada awal 2008 dengan penampilan lebih praktis dan memudahkan pembaca berselancar di kanal-kanal pemberitaan.
3.    Detik.com
Sudah ada sejak 9 juli 1998
4.    Tempointeraktif.com
5.    Vivanews.com
6.    Metrotv.com
7.    Liputan6.com
Dan masih banyak lagi, baik yang berupa forum online, atau berformat seperti koran online. Pergerakan itu merupakan upaya pemilik modal untuk merespon perkembangan peradaban. Dimana masyarakat memiliki sifat dasar ingin mendapatkan pelayanan praktis dalam berbagai hal. Bidang komunikasi memang tidak dapat dipisahkan dari semua perkembangan teknologi yang berimbas pada perkembangan media.

1.2 Rumusan Masalah
•    Pengertian dan sejarah lahirnya jurnalisme online
•    Karakteristik jurnalisme online
•    Hubungan jurnalisme online dengan jurnalisme konvensional
•    Kelebihan dan kekurangan jurnalisme online
•    Kode etik jurnalisme online
•     Prinsip dasar dalam jurnalisme online
•    Bahasa penulisan jurnalisme online
•    Jurnalisme online dan demokrasi
•    Migrasi pemberitaan media online versus surat kabar


1.3 Tujuan
•    Untuk mengetahui  sejarah lahirnya jurnalisme online
•    Untuk memahami karakteristik jurnalisme online
•    Untuk mendeskripsikan hubungan jurnalisme online dengan jurnalisme konvensional
•    Untuk mengetahui k elebihan dan kekurangan jurnalisme online
•    Untuk mengetahui kode etik jurnalisme online
•     Untuk mendefinisikan prinsip dasar dalam jurnalisme online
•    Untuk memahami bahasa penulisan jurnalisme online
•    Untuk  mendeskripsikan jurnalisme online dan demokrasi
•    Untuk mengetahui migrasi pemberitaan media online versus surat kabar














BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Jurnalisme Online
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui koran dan  majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.  Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup medium yang sangat luas (termasuk juga radio, televisi, internet bahkan bioskop), medium dasar dari jurnalisme adalah suratkabar. Wartawan pada  umumnya mengadopsi metode dan prinsip jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya. Selama ini sadar atau tidak kita hanya memahami online dalam artian ditampilkan di sebuah situs web. Padahal 'online' mencakup berbagai tempat perkara (venue): web, email, bulletin board system (BBS), IRC, dan lainnya. Tapi tentu bukan tanpa alasan bahwa kebanyakan jurnalisme online saat ini diselenggarakan di web.
Dari sekian venue di Internet, web merupakan venue yang memungkinkan penyelenggara jurnalisme online untuk menyediakan isi dengan features yang sangat kaya dengan cara paling gampang. Namun, ini tidak berarti bahwa tak ada venue lain yang dapat dipakai untuk menyelenggarakan jurnalisme online di Internet.
Jurnalisme online menjadi berbeda dengan jurnalisme tradisional yang sudah dikenal sebelumnya (cetak, radio, TV) bukan semata-mata karena dia mengambil venue yang berbeda; melainkan karena jurnalisme ini dilangsungkan di atas sebuah media baru yang mempunyai karakteristik yang berbeda -baik dalam format, isi, maupun mekanisme dan proses hubungan penerbit dengan pengguna atau pembacanya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate. Ketika itu Drugle berbekal sebuah laptop dan modern, menyiarkan berita tentang monicagate melalui internet. Semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Tidak heran karena pendirinya kebanyakan dari media, Budiono Darsono (eks wartawan Detik), Yayan Sopyan (eks wartawan Detik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan Didi Nugraha. Server detik.com sebetulnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Jadi tanggal 9 Juli ditetapkan sebagai hari lahir Detik.com.
Detik.com yang update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual detik.com adalah breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya detik.com menjadi media jurnalisme online pertama yang melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet Indonesia.
Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Media online detik.com di Indonesia yang telah sukses menyajikan ragam berita, selain itu kantor berita Nasional Antara juga menggunakan teknologi internet. Seiring berjalannya waktu, media online mulai bermunculan seperti astaga.com, satunet.com, suratkabar.com, berpolitik.com, dan ok-zone.com. Dengan lahirnya media online maka media cetakpun tidak mau kalah, dengan dua penyajian media cetak dan media online seperti kompas.com, temporaktif.com, republika.com, pikiran-rakyat.com, klik-galamedia.com, dan masih banyak lagi. Itu adalah langkah baru berkembangnya teknologi yang telah melahirkan jurnalisme online.

2.2. Karakteristik Jurnalisme Online
Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit online bisa menerbitkan maupun mengarsip artikel-artikel untuk dapat dilihat saat ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme tradisional, namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya dengan lebih mudah dan cepat.
Beberapa karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional” (cetak/elektronik) adalah sebagai berikut:
1.    Real Time
Karakteristik jurnalisme online yang paling popular adalah sifatnya yang real time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
2.    Penerbit
Namun dari sisi penerbit sendiri, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran: kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka ia mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang memungkinkan para pengguna atau pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
3.    Unsur-unsur Multimedia
Menyertakan unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
4.    Interaktif
Selain itu, jurnalisme online dapat dengan mudah bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti, pengguna atau pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas, bahkan sama sekali berbeda.
5.    Tidak membutuhkan organisasi resmi
Berikut legal formalnya sebagai lembaga pers, bahkan dalam konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan.
Interaktivitas jurnalisme online tentu bukan hanya didukung oleh kemampuan teknologi Internet dalam menyediakan hyperlink. Teknologi Internet juga membuka peluang kepada para jurnalis online untuk menyediakan features yang memungkinkan sajiannya bersifat customized, tersaji sesuai dengan preferensi masing-masing pengguna atau pembacanya; yang memungkinkan para pengguna atau pembaca berinteraksi dengan lebih cepat, lebih sering, lebih intens dengan sesama pengguna atau pembaca, narasumber, bahan-bahan berita, dan jurnalisnya sendiri. Ujung-ujungnya, jurnalisme online mampu membangun hubungan yang partisipatif dengan pemirsanya.
Dari karakteristik-karakteristik diatas tersirat bahwa jurnalisme online membutuhkan penanganan yang berbeda dalam penyelenggaraannya dan dinikmati dengan cara yang berbeda oleh para pengguna atau pemirsanya ketimbang jurnalisme tradisional.
 Dalam jurnalisme tradisional, tata-tutur informasi misalnya, disajikan secara linear kepada para pembaca atau pemirsanya. Pemirsa atau pembaca jurnalisme tradisional tidak bisa tidak harus mengikuti urut-urutan informasi yang telah ditentukan sebelumnya oleh penerbitnya: Dari kisah satu ke kisah kedua lalu ke kisah ketiga dan seterusnya tanpa bisa melakukan lompatan.
Tapi dalam jurnalisme online, tata-tutur informasi dapat disajikan sedemikian rupa secara non-linear untuk mengakomodasi 'kebebasan' pengguna atau pemirsanya: Anda dapat mulai menikmati publikasi online dari kisah terakhir lalu melompat ke kisah sebelumnya atau ke kisah yang pernah dipublikasi sekian tahun sebelumnya, bahkan ke sumber informasi yang sama sekali lain di tengah-tengah proses penikmatan informasi.
Apa yang disebut 'kebebasan memilih' dalam media online, sebetulnya bukanlah sebuah kebebasan pilihan yang sejati melainkan ilusi memilih; sebab pada dasarnya jurnalis atau penerbit online telah terlebih dahulu menentukan opsi-opsinya (dalam prakteknya dapat berupa rujukan dengan menggunakan hyperlink). Inilah salah satu aspek yang membuat jurnalisme online dapat menyajikan informasi lebih kaya ketimbang jurnalisme tradisional.
Sementara itu, misal yang lain, tampilan akhir dari produk jurnalisme tradisional lebih banyak ditentukan oleh rancangan dan bahan yang disediakan oleh penerbitnya; sedangkan pada produk jurnalisme online, perlengkapan (device) dan preferensi yang diset dan dimiliki oleh penggunalah yang banyak menentukan tampilan akhir produk sehingga bisa jadi tampilan produk akhir jurnalisme online berbeda-beda di depan masing-masing pengguna atau pemirsanya.
Dan sampai saat ini, secara fisik, ukuran-ukuran device yang tersedia untuk mengakses informasi ke berbagai tempat. Anda dapat menikmati novel atau koran sambil tiduran, menonton berita TV sambil tidur-tiduran di karpet, atau mendengarkan talk show dari sebuah stasiun radio sambil jalan-jalan dengan pesawat walkman di saku anda. Itu semua, pada saat ini, tak dapat dilakukan ketika pemirsa karya jurnalistik online: orang harus duduk di depan komputer atau membaca teks di layar sempit pesawat selular maupun PDA (personal Data Assistant) yang mampu-WAP. Meski bukan tidak mungkin di masa depan akan ditemukan device baru yang akan memberikan kenyaman yang lebih baik untuk pemirsa informasi secara online.
Di luar device pengguna, jurnalisme online seperti halnya bentuk-bentuk komunikasi lain yang memanfaatkan media digital online, berhadapan dengan kondisi infrastruktur yang tersedia dalam jaringan komputer. Besarnya bandwidth, routing dan kualitas media jaringan komputer juga merupakan variable yang menentukan kualitas komunikasi antara device pengguna dengan device penerbit. Di samping sosiologi pengguna sasaran, faktor-faktor yang disebut di atas merupakan beberapa variable yang harus diperhitungkan dalam mendesain format tampilan maupun isi serta arsitektur informasi yang akan disajikan.

2.3. Hubungan Jurnalisme Online dengan Jurnalisme Konvensional
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Keberadannya tidak bisa dikatakan sebagai media yang berlawanan atau saling berkompetisi, namun juga sebagai media yang dapat saling melengkapi dalam kegiatan jurnalistik atau dalam dunia jurnalisme.
Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing. Sebagai pengonsumsi media atau berita sebaiknya dapat memilih saluran yang benar-benar dianggap efektif serta dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi masing-masing individu tersebut.

2.4. Kelebihan dan Kekurangan Jurnalisme Online
Keunggulan jurnalisme online dibandingkan jurnalisme konvensional (cetak atau elektronik) antara lain:
1.    Kapasitas luas halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
2.    Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan di mana saja.
3.    Jadwal terbit bisa kapan saja bisa, setiap saat.
4.    Cepat, begitu di-upload langsung bisa diakses semua orang.
5.    Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.
6.    Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
7.    Update, pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
8.    Interaktif, dua arah, dan ”egaliter” dengan adanya fasilitas kolom komentar, chat room, polling, dsb.
9.    Terdokumentasi, informasi tersimpan di ”bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui ”link”, ”artikel terkait”, dan fasilitas ”cari” (search).
10.    Terhubung dengan sumber lain (hyperlink) yang berkaitan dengan informasi tersaji.
Kekurangan Media Online:
1.    Tidak ada ukuran pasti tentang siapa penerbit berita online, sehingga dapat diklaim oleh beberapa pihak.
2.    Adanya kecenderungan mudah lelah saat membaca sajian di berita-berita online yang panjang.
3.    Tidak selalu tepat, karena mengutamakan kecepatan berita yang dimuat di media online biasanya tidak seakurat media lainnya.
4.    Banyak terjadi kesalahan penulisan yang dikarenakan ketergesa-gesaan dalam proses penulisan.
5.    Berpotensi mengakibatkan cyber crime (kejahatan dunia maya) seperti penculikan, penipuan, dan berbagai tindak criminal lainnya.
6.    Menurunnya minat baca di perpustakaan akibat lebih praktisnya media online.
7.    Meningkatkan plagiat akibat mudah dicurinya karya-karya yang tersaji di media online.
Kelebihan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku Online Journalism. Principles and Practices of News for The Web (Holcomb Hathaway Pulblishers,2005):
a.    Audience Control
Jurnalisme Online memungkinkan audiens untuk bisa lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatkannya.
b.    Nonlinearity
Jurnalisme Online memungkinkan setiap berita yang disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca secara berurutan untuk memahami berita tersebut.
c.    Storage and Retrival
Online jurnalisme memungkinkan berita tersimpan dan diakses kembali secara mudah oleh audiens.
d.    Unlimited Space
Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang disampaikan atau ditayangkan kepada audiens dapat menjadi jauh lebih lengkap ketimbang media lainnya.
e.    Multimedia Capability
Jurnalisme online memungkinkan bagi tim redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya didalam berita yang akan diterima oleh audiens.
f.    Interactivity
Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan partisipasi audiens dalam setiap berita.

2.5. Kode Etik Jurnalisme Online
Nicholas Johnson mantan Komisioner Komisi Komunikasi Amerika Serikat (AS) dan penulis buku How to Talk Back to Your Television Set yang juga Dosen Ilmu Hukum di Iowa College of Law (AS), memberikan catatan hal-hal mendasar tentang kode etik dalam penulisan jurnalistik online :
1.    Dilarang menyerang kepentingan individu, pencemaran nama baik, pembunuhan karakter atau reputasi seseorang.
2.    Dilarang menyebarkan kebencian, rasialis, dan mempertentangkan ajaran agama.
3.    Larangan menyebarkan hal-hal tidak bermoral, mengabaikan kaidah kepatutan menyangkut seksual yang menyinggung perasaan umum, dan perundungan seksual terhadap anak-anak.
4.    Dilarang menerapkan kecurangan dan tidak jujur, termasuk menyampaikan promosi atau iklan palsu.
5.    Larangan melanggar dan mengabaikan hak cipta (copyright) dan Hak Atas Karya Intelektual (HAKI, atau Intelectual Property Right/IPR).
Sementara itu, Cuny Graduate School of Journalism yang didukung Knight Foundation melalui halamannya di http://www.kcnn.org mencatat 10 langkah utama bagi cyber journalist  termasuk kalangan citizen journalist dan blogger supaya terhindar dari masalah hukum, yakni:
a.    Periksa dan periksa ulang fakta,
b.    Jangan gunakan informasi tanpa sumber yang jelas.
c.    Perhatikan kaidah hukum
d.    Pertimbangkan setiap pendapat,
e.    Utarakan rahasia secara selektif,
f.    Hati-hati terhadap apa yang diutarakan,
g.    Pelajari batas daya ingat,
h.    Jangan lakukan pelecehan,
i.    Hindari konflik kepentingan,
j.    Peduli nasehat hukum.

2.6. Prinsip Dasar dalam Jurnalisme Onlin
Prinsip-prinsip berperilaku dan beretika bagi cyberjournalist juga dikumandangkan oleh Poynter (http://www.poynter.org) salah satu organisasi di AS yang menjadi acuan kalangan cyberjournalist lantaran senantiasa membuka wacana untuk perkembangan cyberjournaslism dengan melibatkan kalangan pakar dan praktisi multimedia massa sedunia. Poynter senantiasa mengingatkan kalangan cyberjournalist untuk menelaah perkembangan internet lantaran secara langsung mempengaruhi perilaku dan aturan main di abad digital.
 Selain itu, jurnalis ber-internet dituntut untuk lebih memperhatikan kecenderungan aktual menyangkut kredibilitas dan akurasi, transparansi dan multimedia massa, serta harus waspada terhadap kecepatan penyampaian berita yang seimbang dengan kapasitas akurasinya.
 Beberapa hal utama yang ditekankan Poynter menyangkut profesi jurnalis dan organisasi multimedia massa adalah sebagai berikut :
a.    Integritas keredaksian, karena hal ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik sekaligus menjaga kredibilitas.
b.    Keterbukaan komunikasi di kalangan redaksi dalam organisasi multimedia massa, sehingga dapat memanfaatkan peluang ekonomi guna meraih keuntungan dari kecenderungan pertumbuhan bisnis internet.
c.     Riset Pasar dan menentukan ukuran berbisnis menjadi salah satu alat penting dalam menentukan arah kebijakan atau panduan mengembangkan bisnis isi berita (content), dan bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mendapatkan keuntungan sekaligus memberikan pelayanan informasi ke publik.
d.    Pengalaman konsumen menjadi hal utama, sehingga perlu senantiasa mengevaluasi berbagai model promosi atau iklan guna mengetahui keinginan publik yang secara signifikan perlu diperhatikan organisasi multimedia massa.
Sementara itu, Paul Bradshaw dari Online Journalis Blog menyatakan prinsip jurnalisme online sebagai berikut:
1.    Brevity (Ringkas)
Tulisan jangan bertele-tele namun bukan berarti tulisan harus pendek, namun tulisan yang panjang dapat diringkas dalam beberapa tulisan pendek sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami.
2.    Adaptability (mampu beradaptasi)
Perkembangan teknologi komunikasi memaksa jurnalis harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut. Seorang jurnalis tidak hanya mampu menulis berita tapi juga harus mampu menggunakan video, kamera dan lainnya. Tak hanya jurnalis yang harus beradaptasi, informasipun harus beradaptasi.
3.    Scannabillity (mampu dipindai)
Sebagian besar pengguna situs berita online mencari sesuatu yang spesifik. Tujuh puluh sembilan persen dari pengguna melakukan scan halaman Web. Mereka mencari informasi utama, subheadings, link, dan hal lain yang membantu mereka menavigasi teks pada layar. Hal ini didasarkan asumsi bahwa pengguna tidak betah berlama-lama melihat monitor. Bradshaw menekankan pentingnya dua kata pertama sebagai judul untuk menarik perhatian pembaca.
4.    Interactivity (interaktif)
Memberikan keleluasaan pada pembaca situs untuk memanfaatkan apa yang ditampilkan sesuai kehendak mereka atau dengan kata lain, membiarkan pemirsa (viewer atau reader) menjadi pengguna (user).
5.    Community and Conversation
Beberapa tahun yang lalu, email merupakan hal yang paling populer digunakan oleh pengguna internet, namun belakangan ini mulai tergantikan dengan jaringan sosial dan pesan-pesan pendek yang menunjukkan kalau pengguna tidak hanya ingin bersikap pasif dalam menggunakan konten online.

2.7. Bahasa Penulisan Jurnalisme Online
Sebagai media massa, media internet “harus” menggunakan kaidah-kaidah jurnalistik dalam sistem kerja mereka, termasuk dalam penggunaan bahasa jurnalistik dan kaidah bahasa Indonesia. Tidak ada perbedaan antara bahasa jurnalistik cetak dan jurnalistik internet karena sama-sama “komunikasi tulisan” atau “bahasa tulis”.
Dengan demikian, karakteristik dan prinsip penulisan bahasa jurnalistik cetak (suratkabar, majalah, buletin, dan lain-lain), antara lain hemat kata, ringkas, padat, jelas, logis, kalimatnya pendek-pendek, sederhana dan mudah dipahami, juga berlaku di media internet. Perbedaannya hanyalah soal tampilan atau mediumnya. Jurnalistik atau media internet bersifat virtual sedangkan sajian jurnalistik atau media cetak itu tercetak (printed media).
Informal dan interaktif. Itulah ciri khas tulisan di website atau media online. “Penulis online dapat berkomunikasi dengan pembaca mereka dalam bentuk yang lebih variatif dari tulisan tradisional,” kata Robert Niles dalam artikelnya, ”How to write for the Web”, di situs The Online Journalism Review (ojr.org).
”Gaya tulisan demikian akan membuat pembaca Anda merasa nyaman membaca kata-kata Anda,”kata Niles. ”Seperti yang mereka rasakan ketika berbicara dengan seorang teman dekat.”
Nile memberi resep buat para blogger. Katanya, tuliskan di blog Anda yang Anda ketahui, termasuk pengalaman. “Bila Anda tidak tahu sesuatu, jangan takut mengakuinya. “Blogger hebat memandang posting mereka sebagai komentar pertama dalam sebuah percakapan, bukan kata akhir sebuah topik pembicaraan.”
Secara umum, berikut ini resep Niles tentang cara menulis yang baik di website:
a.    Short
Ringkas, the shorter the better.
b.    Active voice
Gunakan kalimat aktif.
c.    Strong verbs
Pilih kata kerja yang kuat.
d.    Contextual hyperlinking
Lengkapi dengan tautan informasi terkait; memungkinkan pembaca memperkaya pengetahuan dan informasi pendukung.
e.    Use formatting
Gunakan variasi tampilan huruf atau kalimat, misalnya dengan menggunakan daftar (list), header tebal, dan kutipan (blockquotes).
f.    Easy to read
Mudah dibaca; jangan ada blok teks atau alinea yang lebih dari lima baris.

2.8. Jurnalisme Online dan Demokrasi
Era new media mulai berkembang di dalam kehidupan kita. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan manfaatnya. Dengan hanya duduk diam tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, kita bisa menjelajah dunia melalui internet. Tak hanya itu, informasi yang pernah ditampilkan dalam media massa, seperti televisi, radio, maupun media cetak pun juga bisa kita temui di internet. Dibandingkan media massa yang lain, internet memiliki kelebihan daya simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu mengenai masa lampau bisa kita telusuri di internet.
Sisi positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan oleh kebanyakan media massa saat ini,  mereka berlomba-lomba membuat versi online dari media mereka. Dengan versi online, diharapkan audiens yang tidak sempat menikmati media massa tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang merupakan sebuah keuntungan bagi kita, namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah akan menggeser keberadaan media konvensional lainnya.
Konvergensi media yang saat ini banyak terjadi membuka peluang bagi masyarakat awam untuk juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta bagi sesamanya. Dunia jurnalisme online selalu tidak jauh-jauh dengan citizen journalism yang juga merebak seiring perkembangan new media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi seorang citizen journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun juga perlu belajar, minimal dasar-dasar jurnalisme.
Indonesia adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya era Orde Baru, lalu lintas informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan dikuasai oleh pemerintah semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa lagi didukung oleh keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu dimana masyarakat bisa turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet yang tak memiliki penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan pendapat masyarakat muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja pemerintah, bisa. Mau berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau saling bertukar pikiran juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah dengan jarak juga bisa.
Kebebasan berekspresi dan berpendapat melalui internet dalam bentuk jurnalisme online, memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Bagi masyarakat, Informasi dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta menyebar ke mana pun, hal semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa mengontrol informasi yang beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya, Masyarakat bisa lebih open minded dengan informasi-informasi yang ada, sedangkan hal yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan yang dikhawatirkan menentang para diktator.
Sepatutnya kita bersyukur dengan sistem demokratis yang dianut oleh negara kita. Arus informasi apa pun bisa kita nikmati, sekalipun yang menghujat pemerintah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, demokratisasi di Indonesia dan kebebasan menggunakan internet jauh lebih unggul.
Bagi beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet amat dibatasi. Negara tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia. Internet dikhawatirkan memiliki potensi politik yang menentang pemerintah, sehingga negara-negara tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.
Arus informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri bisa beragam. Ada yang memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi keterbukaan informasi publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang melakukan konvergensi media, ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (citisen journlism) demi membagikan gagasannya. Ketiganya saling berkesinambungan. Ketika informasi dari media-media mainstream dirasa kurang memuaskan, beberapa kelompok masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang kebudayaan, keagamaan, sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan mereka melalui cara lain.
Citizen journalism yang muncul di internet juga bisa mencakup kritik terhadap pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal tertentu yang orang awam tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan hukum bisa ditentang melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia maya. Hal ini sangat berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan sepaham dengan hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan keterbukaan informasi.
Di Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs radikal. Tifatul Sembiring selaku Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) menjelaskan bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut dibiarkan akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.
Demokratisasi dan jurnalisme online bisa saling bantu sekaligus saling menjatuhkan disaat yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme online dan teknologi yang canggih saat ini, masyarakat dimodernkan dan pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi yang ditawarkan internet untuk pertukaran informasi antar banyak orang sudah lebih maju daripada upaya-upaya penguasa untuk menjadikannya alat represi. Menurut Leslie D. Simon dalam “Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?” ia optimis bahwa internet dan informasi di dalamnya mampu membawa hal positif sekalipun ada sensor. Saya sepakat akan hal ini. Jurnalisme online yang ada dalam internet akan memberikan pengaruh positif bagi demokrasi sebuah negara.

2.9. Migrasi Pemberitaan Media Online Versus Surat Kabar
Perjalanan media saat ini mulai bergeser. Dibandingkan media cetak, saat ini perjalanan media online sudah membuktikan keperkasaannya. Terbukti, dari beberapa kali pendapatan iklan dan pembaca, media online telah melampaui surat kabar cetak.
Di Indonesia, media-media online sudah memasuki tahap baru dalam dunia jurnalisme. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mulai tahun 2010, media online sudah mendapat hati bagi pembaca yang mayoritas membutuhkan percepatan informasi.
Migrasi dari kertas (Koran) ke web (online) saat ini menunjukkan peningkatan yang significant. Itu bisa jadi karena penerapan pada komputer tablet dan penyebaran smartphone mendorong percepatan media online yang memang dikenal sangat loyal terhadap pembaca.
Di Indonesia, ada beberapa media online yang kini mencapai tingkat perkembangan yang cukup pesat. Sebut saja Detikcom, Kapanlagi.com, Antaranews.com, Kompas.com, JPNN.com, Inilah.com, Rakyatmerdeka.com, Vivanews.com, Mediaindonesia.com, dan Lensaindonesia.com Yang lebih mengejutkan, rata-rata media online tersebut merupakan penjelmaan dari surat kabar atau bahkan media elektronik yang sebelumnya sudah ada. Seperti Kompas.com dengan koran Kompas, Rakyatmerdeka.com dengan Koran Rakyat Merdeka, Mediaindonesia.com dengan koran Media Indonesia dan Vivanews.com dengan jaringan televisi TVone dan Antv.
Perkembangan online yang demikian pesatnya, menunjukkan jika surat kabar (saat ini) sedang menderita. Tidak hanya dari krisis ekonomi, melainkan karena banyak orang yang memilih membaca berita dan informasi melalui online dan (secara otomatis) pemasang iklan mengikuti pola pembaca.
Pada tahun 2010, koran-koran di Indonesia banyak yang melaporkan penurunan pendapatan iklan ketika media lain seperti televisi sedang menikmati rebound dalam penjualan iklan. Pendapatan iklan koran pada tahun 2010 turun 46 persen dalam empat tahun.
Sementara di sisi lain, pendapatan iklan online mengalami peningkatan. Ini sebuah tantangan untuk organisasi berita bahwa banyak klien yang memilih belanja melalui iklan online ini.
Sejak itu pula, koran-koran juga telah merasakan dampak media online. Mereka menderita. Terbukti, banyak media cetak yang memilih untuk menyusutkan staf, termasuk reporter dan editor. Atau memintahkan mereka ke bagian lain, terutama di bagian iklan untuk menguatkan posisi marketing.
Karena itu tidak heran jika kemudian media-media cetak besar saat ini sudah (latah) mulai menggunakan media online. Hal itu dikarenakan mereka tak ingin iklan dan pembaca Koran menyusut.
Surat kabar mulai mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. Namun demikian, sepak terjang mereka sudah terlambat (terlanjur dibatasi). Mereka selama ini boleh dibilang hanya mengekor media-media online yang sudah ada. Di sisi lain mereka juga menggunakan online dengan tetap mengacu pada image (penamaan) koran yang sudah ada.
Ini tentu saja akan menjadi boomerang bagi mereka. Pasalnya, pembaca sudah bosan dengan media tersebut. Sehingga mereka lebih memilih media-media online yang memang mengawali dari bisnis online.
Jika melihat perkembangan media online belakangan ini, baik dengan banyaknya sistem-sistem yang berkembang maupun kualitas pemberitaan, tidak menutup kemungkinan pada 2012 ini, media online bakal menggeser keberadaan media konvensional seperti surat kabar.



















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui koran dan  majalah atau memancarkan berita melalui radio, televisi dan internet. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas.
Jurnalisme online adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya.
Jurnalisme online lahir pada tanggal 19 januari 1998, ketika Mark Drugle membeberkan cerita perselingkuhan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky atau yang sering disebut monicagate.
Sedangkan di Indonesia, Jurnalisme Online kebanyakan lahir pada saat jatuh-nya pemerintahan Suharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk berbagai jurnalisme online.
Detik.com barangkali merupakan media online Indonesia pertama yang di garap secara serius. Masa awal detik.com lebih banyak terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai membaik, detik.com memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan olahraga.
Karakteristik jurnalisme online yang paling terasa meski belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun pemirsa untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Beberapa karakteristik dari jurnalisme online dibandingkan ”jurnalisme konvensional” (cetak/elektronik) adalah sebagai berikut: real time, penerbit, unsur-unsur multimedia, interaktif, tidak membutuhkan organisasi resmi.
Jurnalisme online dan jurnalisme konvensional memang merupakan jurnalisme yang mempunyai perbedaan yang sangat mendasar, baik dari media yang digunakan, pelaku atau pekerja didalamnya, hingga penyusunan serta penampilan pesannya yang juga berbeda, namun keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kehadiran kedua jenis jurnalisme tersebut pada intinya memiliki tujuan yang sama, yakni berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau menyajikan informasi atau berita yang penting bagi masrayakat atau khalayak luas. Namun cara, sistem yang digunakan adalah berbeda, serta penyajiannya, menjadikan kedua jurnalisme tersebut terlihat sebagai sebuah jurnalisme atau media jurnalisme yang saling berkompetisi atau bersaing.
Melihat berbagai fenomena diatas, semakin jelas bahwa sisi positif dan negatif jurnalisme online, dalam hal ini internet tidak dapat saling dijauhkan. Ketika satu sisi informasi tersebut mengungkap hal-hal yang selama ini ditutupi oleh pemerintah namun dibutuhkan rakyat, rakyat menjadi semakin kritis dan bebas berekspresi. Akan tetapi ketika informasi yang disebarkan mengandung kepentingan tertentu dan menghasut pihak lain, rakyat menjadi terpecah belah.
Jurnalisme online bisa menjadi kawan sekaligus lawan. Tidak ada agenda seting dalam informasi di internet karena berbagai sudut pandang bisa tercakup di dalamnya. Tidak ada batasan waktu untuk mengakses informasi. Namun segala kenyamanan yang ditawarkan tersebut juga membawa efek atau dampak yang besar bagi penggunanya.
Ketika jurnalisme dalam televisi, radio, dan media cetak sudah mulai tergeser oleh jurnalisme online, disinilah pemerintah juga mulai was-was akan keterbukaan informasi yang diterima masyarakat. Kedepannya bisa-bisa jurnalisme online menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.

3.2  Saran
Demikian makalah yang disusun dan masih banyak kekurangannya. Penulis yakin bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalahan oleh karenanya saran dan kritik anda yang membangun dan masukan buat saya yang akan  menjadikan makalah ini akan lebih baik

ANALISIS KARYA SASTRA ANGKATAN 20-an SAMPAI SEKARANG

A.   

1. ANGKATAN 20-an (BALAI PUSTAKA)
Angkatan 20 disebut juga angkatan Balai Pustaka. Balai Pustaka merupakan nama badan yang didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1908. Badan tersebut sebagai penjelmaan dari Commissie voor De Volkslectuur atau Komisi Bacaan Rakyat.Commissie voor De Volkslectuur dibentuk pada tanggal 14 April 1903. Komisi ini bertugas menyediakan bahan-bahan bacaan bagi rakyat Indonesia pada saat itu.
Lahirnya Balai Pustaka sangat menguntungkan kehidupan dan perkembangan sastra di tanah air baik bidang prosa, puisi, dan drama. Peristiwa- peristiwa sosial, kehidupan adat-istiadat, kehidupan agama, ataupun peristiwa kehidupan masyarakat lainnya banyak yang direkam dalam buku-buku sastra yang terbit pada masa itu.
1.1    ciri-ciri Sastra angkatan 20 ( Balai Pustaka ) :
1.    Menggambarkan pertentangan paham antara kaum muda dan kaum tua.
2.    Menggambarkan persoalan adat dan kawin paksa termasuk permaduan.
3.    Adanya kebangsaan yang belum maju masih bersifat kedaerahan.
4.    Banyak menggunakan bahasa percakapan dan mengakibatkan bahasa tidak terpelihara kebakuannya.
5.    Adanya kontra pertentangan antara kebangsawanan pikiran dengan kebangsawanan daerah.
6.    Cerita bermain pada zamannya.
7.    Corak lukisannya adalah romantis sentimentil. Angkatan 20 melukiskan segala sesuatu yang diperjungkan secara berlebih-lebihan.
8.    Puisinya masih banyak berbentuk syair dan pantun.
9.    Puisi bersifat dikdaktis.


1.2 Analisis Sastra Pada Angkatan 20-an
    R O M A N
Kehadiran dan keberadaan roman sebenarnya lebih tua daripada novel. Roman (romance) bersal dari jenis sastra epik dan romansa abad pertengahan. Jenis sastra ini banyak berkisah tentang hal-hal romantik, penuh dengan angan-angan biasanya bertemakan kepahlawanan dan percintaan.
1)    Dalam karya ini isinya bercorak romantik sentimental
Penggalan Roman : Siti Nurbaya karya Marah Rusli
Setelah berhasil bertemu dengan ayahnya, Samsulbahripun menunggal dunia. namun, sebelum meninggal dia minta kepada orang tuanya agar dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kekasihnya Siti Nurbaya. Permintaan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan  di Gunung Padang paling dekat dengan keksihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya ini sangat bercorak romantik sentimental, yang melukiskan perjuangan cinta Samsulbahri kepada Siti Nurbaya berlebihan, yakni sampai meninggalpun ia meminta agar dikuburkan dekat dengan kekasihnya Siti Nurbaya.
(2). Menggambarkan persoalan kawin paksa.
    Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih huk Maringgih.utang kepadanya. Jelas baginda Sulaiman tidak mampu membayarnya. Dengan alasan hutang tersi Datebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan bagaimana kalau Siti Nurbaya, putri baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih. Kalau tawaran ininditerima maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menjadi istri.
Jelas dalam kutipan roman Siti Nurbaya sangat menggambarkan kawin paksa, dimana Siti Nurbaya diserahkan dengan terpaksa dan berat hati untuk diperistri boleh Datuk Maringgih hanya demi kelunasan seluruh hutang ayahnya.
Pada roman Siti Nurbaya tidak hanya melukiskan percintaan saja, juga mempersoalkan poligami, membangga-banggakan kebangsawanan, adat yang sudah tidak sesuai dengan zamannya, persamaan hak antara wanita dan pria dalam menentukan jodohnya, anggapan bahwa asal ada uang segala maksud tentu tercapai. Persoalan-persoalan itulah yang ada di masyarakat.
    PUISI
Sebagian besar angkatan 20 menyukai bentuk puisi lama (syair dan pantun), tetapi golongan muda sudah tidak menyukai lagi. Golongan muda lebih menginginkan puisi yang merupakan pancaran jiwanya sehingga mereka mulai menyindirkan nyanyian sukma dan jeritan jiwa melalui majalah Timbul, majalah PBI, majalah Jong Soematra.
1). Masih banyak berbentuk syair dan pantun.
Contoh kutipan sajak puisi “ Bukan Beta Bijak Berperi” oleh Rustam Effendi
BUKAN BETA BIJAK BERPERI

Bukan beta bijak berperi,
pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak Negeri,
musti menurut undangan mair,
Sarat-saraf saya mungkiri,
Untai rangkaian seloka lama,
beta buang beta singkiri,
Sebab laguku menurut sukma.

Dilihat bentuknya seperti pantun, tetapi dilihat hubungan barisnya berupa syair. Ia meniadakan tradisi sampiran dalam pantun sehingga sajak itu disebut pantun modern.



1.    ANGKATAN 33 (PUJANGGA BARU)
Nama angkatan Pujangga Baru diambil dari sebuah nama majalah sastra yang terbit tahun 1933. Majalah itu bernama Pujangga Baroe. Karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis. Kebudayaan tersebut merupakan gabungan antara kebudayaan barat dan kebudayaan timur sehingga sifat kebudayaan Indonesia menjadi universal.
2.1. Ciri-ciri Angkatan 33 ( Pujangga Baru)
1.    Bersifat Dinamis
2.    Beraliran Romantis Idialis.
3.    Menggunakan bahasa individual, Sudah lebih banyak mempergunakan bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern.
4.    Mengutamakan psikologi.
5.    Masalah individu manusia.
6.    Bentuk puisinya lebih bebas, lebih mengenal variasi.
7.    Bahasa kiasan utama puisi ialah perbandingan
8.    Puisinya mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram.

 2.1 Analisis Karya Sastra Pada Angkatan 33 (Pujangga Baru)
    ROMAN
Roman “Layar Terkembang” Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
Roman Layar Terkambang Karya S.T Alisyahbana Dalam roman ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan.

1.    Beraliran Romantis Idialis.
Kutipan : Roman Layar Terkembang
Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah sekalipun ia telah menjalani perawatan itensif. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasihnya dengan setia. Namun, penyakit TBC yang diderita Maria semakin hari semakin parah sehingga tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia.
Dalam kutipan roman layar terkembang ini sangat jelas menggambarkan aliran romantis idealis, dimana ada hal-hal yang tidak memuaskan dan keadaan yang tidak menggembirakan, karena adanya kepincangan dalam roman ini yaitu Yusuf harus menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa bersatu dengan kekasihnya Maria karena penyakit yang dideritanya sangat parah yang pada akhirnya pergi meninggalkan Yusuf untuk selama-lamanya.
2.    Masalah individu manusia.
Dalam roman ini menceritakan masalah-masalah individu manusia, dimana Tuti seorang wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi, Maria harus berjuang menghadapi penyakit TBC yang dialaminya, dan Yusuf kekasih Maria harus menghadapi kenyataan pahit ditinggal oleh Maria untuk selama-lamanya.
3.    Mengutamakan psikologi.
Dalam ciri ini, dalam mengarang penulis lebih mengutamakan pemikiran-pemikiran, dimana setiap manusia harus mejalani kehidupannya sendiri sesuai keinginannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan roman “Layar Terkembang” sebagai berikut.
Tuti yang mengatakan bahwa tiap-tiap manusia harus menjalankan penghidupannya sendiri, sesuai dengan deburan jantungnya, bahwa perempuanpun harus mencari bahagianya dengan jalan menghidupkan sukmanya

4.    Menggunakan bahasa individual, Sudah lebih banyak mempergunakan bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern.
Kutipan : Layar Terkembang Karya :S.T. Alisyahbana
Kalau saya akan memegang agama, maka agama itu ialah yang sesuia dengan akal saya, yang terasa oleh hati saya. Agama yang lain dari itu, saya anggap seperti bedak tipissaja, yang luntur kena keringat .
             Dari kutipan diatas, sangat jelas dalam mengarang penulis menggunakan bahasa-bahasa indivudu, bahasa yang sesuai dengan pergaulan modern sehingga mudah dimengerti, seperti kata bedak tipis, dimana ia menggambarkan agama yang tidak sesuai dengan akalnya seperti bedak tipis yang luntur kena keringat.
    PUISI
1.    Bentuk puisinya lebih bebas, lebih mengenal variasi.
Penggalan puisi : “Padamu Jua” Karya : Amir Hamzah
    PADAMU JUA
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali pulang aku padamu
Seperti dahulu
2.    Puisinya mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram.
BERDIRI AKU – PUISI NYANYI SUNYI
Karya: Amir Hamzah

Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang datang ubur terkembang
Angin pulang menyeduk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas.
Benang raja mencelup ujung
Naik marak mengerak corak
Elang leka sayap tergulung
dimabuk wama berarak-arak.
Dalam rupa maha sempuma
Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju

Pada puisi ini penyair mengekspresi kesedihan yang ditampilkan dengan suasana sunyi. Perasaan sedih yang sangat mendalam digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai di sore hari. Dengan demikian penyair hanya mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.
Kesedihan yang mendalam ini juga wujud perasaan galau penyair yang digambarkan dengan perasaannya yang dipermainkan ombak dan angin. Sehingga hanya merenungi hiduplah yang mampu dilakukannya.
Sebagai orang yang memiliki agama yang kuat dalam setiap akhirnya dia hanya bisa menyerahkan semua yang dia alami ini kepada Tuhan
3.    Bahasa kiasan utama adalah perbandingan
Seperti halnya puisi lama pemilihan bahasa kiasan memang sangat diperlukan untuk memperindah kata-katanya sehingga makna yang diberikan bisa lebih kaya dan mendalam. Dalam puisi ”Berdiri Aku”yang menojol adalah adanya personifikasi seperti:

Melayah bakau mengurai puncak
....................................................angin pulang menyejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas
............................................Naik marak menyerak corak
..........................................
Dalam puisi tersebut Amir Hamzah menghidupkan ombak dan angin yang bertujuan ingin menambah rasa kesunyian dan kesendirian penyair. Seperti halnya dengan mengagumi ombak yang menerpa pohon-pohon bakau serta desir angin yang mengempakkan semuanya terlihat kalau penyair benar-benar merasa sepi dan hanya mampu melihat pemandangan sekitarnya saja.
Selain personifikasi yang dominan ada juga gaya metafora yang terlihat dari kalimat benang raja mencelup ujung dan dalam rupa maha sempurna. Penyair membandingkan apa yang dilihat dan dialami dengan kata ”benang raja” dan ”maha sempurna.
3.ANGKATAN 45
Angkatan ’45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ankatan 45 disebut juga sebagai Angkatan Chairil Anwar  karena perjuangan Chairil Anwar dalam melahirkan angkatan ’45 ini. Pujangga baru yang semula memiliki gagasan yang berartisasi sastra Indonesia, nyatanya hanya mentok pada Belandanisasi. Dengan kata lain, tokoh-tokoh atau karya seni dan sastra yang diambil sebagai acuan dan sumber inspirasi hanya berasal dari negeri Belanda saja bukan dari penjuru barat. Untuk meluruskan persepsi tersebut muncullah angkatan ’45 sebagai penggantinya.
3.1    Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1945
1.    Cenderung bersifat realistis, sinis, dan ironi.
2.    Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal.
3.    Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan.
4.    Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.
5.    Lebih bergaya naturalisme, ekspresionisme dan beraliran realisme, sinisme dan sarkasme.
6.    Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk.
7.    Berisi tentang individualisme.

 3.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1945
    PUISI
       Kutipan:  Puisi “Aku” Karya: Chairil Anwar

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

1.    Bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.
Jelas dalam puisi tersebut sudah bebas, jumlah bait dan baris tidak ditentukan lagi, iramanya pun bebas tidak sepeti puisi lama yang berirama a-b, a-b.
2.    Sinisme dan Sarkasme
Dalam puisi diatas juga sangat jelas menggambarkan sindiran yang lebih kasar, seperti kutipan kalimat, “Aku ini binatang jalang, Dari kumpulannya terbuang”, penulis melukiskan dirinya seperti binatang jalang.
3.    Bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari, lebih mementingkan isi daripada bentuk.
Dalam puisi ini juga sangat jelas menggambarkan bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari, tidak mementingkan bentuk keindahan puisinya melainkan lebih mementigkan pada isi dan makna puisinya.
4.    Berisi tentang individualisme
Dalam puisi ini juga pengarang lebih menggambarkan keindividuan atau seorang diri. Apabila suatu keyakinan telah terhujam dalam dirinya, ia tidak akan ambil pusing dengan orang lain, ia akan hidup seribu tahun lagi dengan keyakinannya itu. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

    ROMAN
1.    Mengemukakan masalah kemasyarakatan sehari-hari terutama dengan latar perang kemerdekaan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan roman berikut.
Kutipan: “ Jalan Tak Ada Ujung” Karya: Mochtar Lubis
... setiap saat ia merasa was-was ketika mendengar serdadu Inggris menyerbu.
Mereka kemudian bertugas untuk mengambil senjata dan bom tangan yang disimpan di daerah Asam Reges, setelah iti disimpan di Manggarai, kemudian diselundupkan ke Karawang.
....
Serdadu Inggris kemudian pergi meninggalkan Indonesia setelah adanya perjanjian Linggar Jati.
Dari kutipan roman diatas pengarang jelas menulis dengan menggunakan tema dengan latar perang, dimana meski dengan rasa takut guru Isa tetap menjalankan tugas untuk mengambil dan menyelundupkan senjata untuk melawan musuh.
2.    Karya sastranya lebih banyak mengemukakan masalah kemanusiaan yang universal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan roman berikut
....
Keadaan ekonomi keluarganya sangat kekurangan.
....
Istrinya kemudian selingkuh dengan teman guri Isa sendiri.
Dari kutipan diatas pengarang jelas menggambarkan karangannya dengan masalah universal, dimana keadaan ekonomi guru Isa yang sangat kekurangan, ditambah dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya dengan teman guru Isa sendiri.
4. ANGKATAN 1950-1960-an

Angkatan ’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra Realisme-Sosialis. Timbulnya perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
4.1    Ciri-Ciri Sastra Angkatan 1950-1960an
1.    Cerita perang mulai berkurang.
2.    Menggambarkan kehidupan sehari-sehari
3.    Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .
4.    Banyak mengemukakan pertentangan-pertentangan politik.
5.    Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
6.    Mengungkapkan masalah-masalah social, kemiskinan, pengangguran, perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup.
7.    Banyak mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok sajak balada.
8.    Gaya slogan dan retorik makin berkembang.

4.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1950-1960-an
    ROMAN
1.    Kehidupan pedesaan dan daerah mulai digarap .
Kutipan: Novel “Robohnya Surau Kami”Karya: A.A Navis
Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekitar sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jlan nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Dan di depannyaada kolam ikan, yang yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.
    Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasa duduk di sana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadah.
    Dari kutipan novel diatas, jelas menggambarkan kehidupan seorang kakek penjaga surau yang taat dalam beribadah di sebuah perkampungan.
2. Menggambarkan kehidupan sehari-sehari
Dalam roman ini menceritakan kehidupan sehari-hari, dimana ada seorang pembual Ajo Sidi yang menceritakan sebuah bualan tentang kakek, bahwa ada orang yang tidak masuk surga karena kerjanya hanya beribadat saja sehingga membuat kakek tertekan dan memutuskan untuk bunuh diri. Kemudian tidak sedikitpun bertanggung jawab atas peristiwa yang dibuatnya.

3. Ada gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh penderitaan.
Kutipan: Robohnya Surau Kami
Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan , aku menyuruh engkau semuanya beramal, kalau engkau miskin. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-memuji dan menyembahku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka.
    Dalam roman ini jelas menggambarkan suasana yang muram, kakek yang merasa tersindir dan tertekan oleh cerita Ajo Sidi yang mirip dengan kesehariannya sehingga memutuskan untuk  bunuh diri.


5).  ANGKATAN 1966-1970-an
Nama angkatan 66 dikemukakan oleh H.B.Jassin. Angkatan 66 muncul di tengah-tengah keadaan politik bangsa Indonesia yang sedang kacau. Kekacauan politik itu terjadi karena adanya teror PKI. Akibat kekacauan politik itu, membuat keadaan bangsa Indonesia kacau dalam bidang kesenian dan kesusatraan. Akibatnya kelompok lekra di bawah PKI bersaing dengan kelompok Manikebu yang memegang sendi-sendi kesenian, kedamaian, dan pembangunan bangsa dan Pancasila.
5.1     Ciri-Ciri Sastra Angaktan 1966-1970-an :
1.    Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada).
2.    Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
3.    Prosanya menggambarkan masalah kemasyarakatan, misalnya tentang perekonomian yang buruk, pengangguran, dan kemiskinan.
4.    Cerita dengan latar perang dalam prosa mulai berkurang, dan pertentangan dalam politik pemerintahan lebih banyak mengemuka.
5.    Banyak terdapat penggunaan gaya retorik dan slogan dalam puisi.
6.    Muncul puisi mantra dan prosa surealisme (absurd) pada awal tahun 1970-an yang banyak berisi tentang kritik sosial dan kesewenang-wenangan terhadap kaum lemah.
7.    Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan.
8.    Pembelaan terhadap pancasila.
5.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1966-1970-an
    PUISI

Kutipan: puisi “Kami Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya Taufik Ismail
KITA ADALAH PEMILIK SYAH REPUBLIK INI

Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hanyut
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran:
“Duli Tuanku”?
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain. Kita harus
Berjalan terus

1.    Mulai dikenal gaya epik (bercerita) pada puisi (muncul puisi-puisi balada)
Dalam puisi diatas penulis jelas menggambarkan gaya epik atau bercerita, muliai dari bait pertama hingga terakhir ia mengungkapkan puisi seolah-olah sedang bercerita.
   
2.    Puisinya menggambarkan kemuraman (batin) hidup yang menderita.
Kutipan: “Kami Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya: Taufik Ismail
...
Kita adalah manusia bermata sayu, yang ditepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
...
Dalam penggalan puisi ini penulis menggambarkan masyarakat yang hidup yang menderita, sengsara yang dipenuhi oleh bencana alam banjir, gunung api dan tanaman yang diserang hama.



3.    Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan.
Dalam ciri ini penulis menggambarkan tentang kecintaannya terhadap nusa dan bangsa. Hal ini tergambar dari kutipan  puisi berikut ini
Kutipan: puisi “ Dari Seorang Ibu Demonstran” karya : Taufik Ismail
 DARI SEORANG IBU DEMONSTRAN
Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini
...
Jelas dalam puisi ini pengarang menggambarkan kecintaan seorang Ibu terhadap nusa dan bangsa dengan merelakan anaknya untuk pergi berperang demi menyempurnakan kemerdekaan bangsa ini.














6.ANGKATAN 1980 -1990-an
Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.
6.1Ciri-ciri Sastra Angkatan 1980-1990-an:
1.    Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius.
2.    Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme,
3.    Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi,
4.    Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
5.    Menuntut hak asasi manusia, seperti kebebasan.
6.    Bahasa yang digunakan  realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis,
7.    Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya,
8.    Mulai menguat pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur,
9.    Didominansi oleh roman percintaan,
10.    Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanyamempunyai konflikdengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh anta gonisnya.

 6.2 Analisis Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an
    PUISI
1. Puisi yang dihasilkan bercorak spritualreligius.
Pada angkatan ini, penulis mengarang dengan bercorak spiritualreligius, dimana penulis menggambarkan dirinya sebagai sesorang yang sangat memuja agamanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.

IBADAH SEPANJANG USIA
Karya: Dorothea R.H

kalimatkalimat yang kauucapkan
berguguran dalam sahadatku. inilah
kidung yang digumamkan!

berapa putaran dalam sembahyang langit.
tengadah di bawah hujan yang menaburkan
ayatayat tak pernah dibaca.

aku tak menemu akhir sembahyangku
yang gagap. lilinlilin tak menyala
dalam ruangan tanpa cahaya. gema mazmur
yang disenandungkan dari ruang mimpimu
beterbangan dalam tidurgelisahku. dan
kotbah yang sayup, bertebaran dari
mulutmulut kesunyian.

telah kautabuh loncengmu? sembahyangku
takjuga menemu akhir.


2.    Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
SAJAK ORANG MABUK
Karya : Ahmadun Yosi Herfanda


karena hidup penuh keterbatasan
kupilih api cinta abadi
membara dalam dadamu
allah, sambutlah hatiku
yang terbakar api itu

karena hidup penuh keterikatan
kupilih kebebasan dalam apimu
bakarlah seluruh diriku
o, allah
kuingin debu jiwaku
mengalir abadi dalam darahmu

bertahun-tahun aku mabuk
bermalam-malam aku tenggelam
dalam gelombang kerinduan
luluh dalam apimu

    
Dari sajak diatas jelas pengarang mengangkat tema ketuhanan, dimana sesorang percaya akan kebenaran agama dan Allah yang akan membawanya pada kesempurnaan batin sehingga mabuk, tenggelam dalam peribadatan kepada Allah.


7. ANGKATAN REFORMASI
Munculnya angkatan ini ditandai dengan dengan maraknya karya sastra yang bertemakan seputar reformasi. Sastrawan Angkatan Reformasi merefleksikan keadaan social dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru.
7.1 Ciri-Ciri Karya Sastra Angkatan Reformasi
1.    Bertemakan social-politik.
2.    Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran.
3.    Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa.
4.    Religious dan nuansa sufistik.
2.7. Analisis Karya Sastra Angkatan Reformasi
    PUISI
1.    Bertemakan social-politik.

Kutipan: puisi “Bunga dan Tembok” Karya : Widji Thukul

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang !

Dari kutipan puisi di atas pengarang jelas menggambarkan sosial-sosial politik. Dimana ada sebuah peringatan rakyat terhadap tirani yang tanpa peduli merampas merampas hak-hak rakyat.
2.    Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran.
Dalam ciri ini penulis menggambarkan kebebasan dalam berpikir, kebebasan dalam berekspresi tanpa ada hal-hal yang menekan, tanpa ada ketakutan dari para tirani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan puisi berikut.
    PERINGATAN
    Karya: Widji Thukul
    ...
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan
3.    Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa.
Dalam ciri ini penulis menggambarkan tentang kepedulian terhadap bangsa melalui sajak-sajak, dimana pengarang ingin menyampaikan suaranya akan penguasa yang tidak mempedulikan hak-hak mereka atas bangsa dan apabila tidak dipedulikan maka mereka akan memberontak. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sajak dibawah ini.

SAJAK SUARA
Karya: Widji Thukul

suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

8. ANGKATAN 2000-an
Angkatan ini ditandai dengan oleh karya-karya yang cenderung berani an vulgar dan kebanyakan mengadopsi begitu saja moral pergaulan bebas ala remaja Amerika. Tetapi pada masa ini, muncul jua fiksi-fiksi islami.

8.1     Ciri-Ciri Sastra Angkatan 2000-an
1.    Karya cenderung vulgar.
2.    Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.
3.    Muncul cyber sastra di internet.
4.    Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”.
5.    Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.
6.    Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme”.
7.    Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
8.    Puisinya menggunakan citraan alam benda.

8.2 Analisis Karya Karya Sastra Pada Angkatan 2000-an
1. Muncul cyber sastra di internet.
Pada angkatan ini muncul cyber sastra di internet, dimana banyak karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi berupa buku namun termaktub di dunia maya (Internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs pribadi.

2.Mulai bermunculan fiksi-fiksi islami.
Pada  angkatan ini penulis banyak mengarang dengan bertemakan keagamaan.tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, empat orang wanita sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel berikut.


AYAT-AYAT CINTA
Karya: Habuburrahman Al-
...
Yousuf langsung menyahut, “Benar Fahri, Maria sangat mencintaimu. Aku telah membaca diary-nya.
...
perjodohan yang sebenarnya atas permintaan Aisha. Berikut kutipannya :
“Baiklah, aku akan bicara dari hatiku yang terdalam. Fahri, dengan disaksikan semua yang hadir di sini, kukatakan aku siap menjadi pendamping hidupmu.
...
Noura disiksa dan diseret tengah malam ke jalan oleh ayah dan kakak perempuannya. Untung tidak musim dingin. Tidak bisa dibayangkan jika ini terjadi pada puncak musim dingin.
Hal itu yang membuat Fa hri ingin menolong Noura melalui Maria.
...
 Orang yang dicintai Nurul, yang namanya selalu ia sebut dalam doa-doanya, yang membuat dirinya satu minggu ini tidak bisa tidur entah kenapa, adalah  FAHRI BIN ABDULLAH SHIDDIQ!”
...
Dari kutipan diatas , pengarang menggambarkan tentang percintaan yang kental dengan nuansa religi, yang terjadi di sekitar Timur Tengah. Dapat kita lihat, empat orang wanita sama-sama menyukai satu orang, yaitu Fahri. Mereka mencintai Fahri karena sifat dan sikapnya yang baik, serta menjadi idaman setiap wanita.
3.    Pilihan kata diambil dan bahasa sehari-hari yang disebut bahasa “kerakyat jelataan”. Mengandung revolusi tipografi atau tata wajah yang bebas aturan dan cenderung ke puisi konkret.
Kutipan Puisi: “Nagasari” karya: D.Zawawi Imron
...
membuka kulit nagasari
isinya bukan pisang
tapi mayat anak gembala
yang berseruling setiap senja
...

Dalam penggalan puisi tersebut jelas menggambarkan bahwa pilihan katanya diambil dan bahasa sehari-hari yang bebas aturan.
4.    Penggunaan citraan alam benda.
Kutipan puisi:”Bulan Tertusuk Lalang” Karya: D.Zawawi Imron
...
angin termangu di pohon asam
bulan tertusuk lalang
tapi malam yang penuh belas kasihan
menerima semesta baying-bayang
dengan mesra menidurkannya
dalam ranjang-ranjang nyanyian
Dalam penggalan  puisi ini penulis jelas menggunakan citraan alam benda.
5.    Puisi-puisi profetik (keagamaan/religius) dengan kecenderungan menciptakan pengembaraan yang lebih konkret melalui alam, rumput atau daun-daun.
Kutipan: puisi “Sembahyang Rumputan” Karya: Ahmadun Y. Herfanda
SEMBAHYANG RUMPUTAN

Aku, rumputan                
Tak pernah lupa sembahyang        
Inna Sholati wa nusuku       
Wa mahyaaya wa mammati       
Lillahi Robbil ‘alamin
Topan melanda padang ilalang
Tubuhku bergoyang-goyang
Tapi tetap teguh dalam sembahyang
 Dan akarku yang mengurat di bumi
Tak berhenti mengucap shalawat nabi

Dalam kutipan puisi diatas, penulis jelas menggambarkan tentang keagamaan, pengembaraan melalui alam, yakni rumput.


6.    Penggunaan estetika baru yang disebut “antroporisme”.
 ciri ciri ini, penulis menggambarkan gaya bahasa berupa penggantian tokoh manusia sebagai “aku lirik” dengan benda-benda. Seperti dalam kutipan puisi di bawah ini.
LIPU
Karya: Emha Ainun Najib

Ketika kereta satu-satunya telah bergerak
Pergi, engkaupun sepi. Marilah
Dengan gemetar: menunggu nasib hari demi hari.
Ruang tambah sukar dimengerti
Kereta telah dipilihkan bagimu
Kereta semu


B. SASTRAWAN DAN KAYRA SASTRA ANGKATAN 20-an SAMPAI SEKARANG
1.      Penulis dan Karya Sastra Angkatan 20-an (Balai Pustaka)
•   Merari Siregar
o Azab dan Sengsara (1920)
o Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
o Cinta dan Hawa Nafsu
•   Marah Roesli
o Siti Nurbaya (1922)
o La Hami (1924)
o Anak dan Kemenakan (1956)
•   Muhammad Yamin
o Tanah Air (1922)
o Indonesia, Tumpah Darahku (1928)
o Kalau Dewi Tara Sudah Berkata
o Ken Arok dan Ken Dedes (1934)    •Nur Sutan Iskandar
o Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923)
o Cinta yang Membawa Maut (1926)
o Salah Pilih (1928)
o Karena Mentua (1932)
o Tuba Dibalas dengan Susu (1933)
o Hulubalang Raja (1934)
Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
•Abdul Muis
o Salah Asuhan (1928)
o Pertemuan Djodoh (1933)
    •Tulis Sutan Sati
o Tak Disangka (1923)
o Sengsara Membawa Nikmat (1928)
o Tak Membalas Guna (1932)
o Memutuskan Pertalian (1932)
•Djamaluddin Adinegoro
o Darah Muda (1927)
o Asmara Jaya (1928)
•Abas Soetan Pamoentjak
o Pertemuan (1927)
•Aman Datuk Madjoindo
o Menebus Dosa (1932)
o Si Cebol Rindukan Bulan (1934)
o Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)


2.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 33 (Pujangga Baru)
•      Sutan Takdir Alisjahbana
o  Dian Tak Kunjung Padam (1932)
o  Tebaran Mega - kumpulan sajak (1935)
o  Layar Terkembang (1936)
o  Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940)
•      Hamka
o  Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938)
o  Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1939)
o  Tuan Direktur (1950)
o  Didalam Lembah Kehidoepan (1940)
•   Tengku Amir Hamzah
o Nyanyi Sunyi (1937)
o Begawat Gita (1933)
o  Setanggi Timur (1939)
    •   Armijn Pane
o Belenggu (1940)
o Jiwa Berjiwa
o Gamelan Djiwa - kumpulan sajak (1960)
o Djinak-djinak Merpati - sandiwara (1950)
o Kisah Antara Manusia - kumpulan cerpen (1953)
•   Sanusi Pane
o Pancaran Cinta (1926)
o Puspa Mega (1927)
o Madah Kelana (1931)
o Sandhyakala Ning Majapahit (1933)
o Kertajaya (1932)
•   Said Daeng Muntu
o Pembalasan
o Karena Kerendahan Boedi (1941)
•   Karim Halim
Palawija (1944)
•   Roestam Effendi
o Bebasari: toneel dalam 3 pertundjukan
o Pertjikan Permenungan
•   Sariamin Ismail
o Kalau Tak Untung (1933)
o Pengaruh Keadaan (1937)
•   Anak Agung Pandji Tisna
o Ni Rawit Ceti Penjual Orang (1935)
o Sukreni Gadis Bali (1936)
o I Swasta Setahun di Bedahulu (1938)
•   J.E.Tatengkeng
o Rindoe Dendam (1934)
•   Fatimah Hasan Delais
o Kehilangan Mestika (1935)




3.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
•   Utuy Tatang Sontani
o Suling (drama) (1948)
o Tambera (1949)
o Awal dan Mira - drama satu babak (1962)
•   Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
•   Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
    •   Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
•   Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
    •   Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
•   Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
o Tiga Menguak Takdir (1950)


4.    Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 - 1960-an
•   Pramoedya Ananta Toer
o Kranji dan Bekasi Jatuh (1947)
o Bukan Pasar Malam (1951)
o Di Tepi Kali Bekasi (1951)
o Keluarga Gerilya (1951)
o Mereka yang Dilumpuhkan (1951)
o Perburuan (1950)
o Cerita dari Blora (1952)
o Gadis Pantai (1965)
•   Nh. Dini
o Dua Dunia (1950)
o Hati jang Damai (1960)
•   Sitor Situmorang
o Dalam Sadjak (1950)
o Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
o Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
•   Mochtar Lubis
o Tak Ada Esok (1950)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
o Tanah Gersang (1964)
o Si Djamal (1964)
•   Marius Ramis Dayoh
o Putra Budiman (1951)
o Pahlawan Minahasa (1957)
    •      Ajip Rosidi
o  Tahun-tahun Kematian (1955)
o  Ditengah Keluarga (1956)
o  Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957)
o  Cari Muatan (1959)
o  Pertemuan Kembali (1961)
•      Ali Akbar Navis
o  Robohnya Surau Kami - 8 cerita pendek pilihan (1955)
o  Bianglala - kumpulan cerita pendek (1963)
o  Hujan Panas (1964)
Kemarau (1967)
•      Nugroho Notosusanto
o  Hujan Kepagian (1958)
o  Rasa SajangĂ© (1961)
o  Tiga Kota (1959)
•      Trisnojuwono
o  Angin Laut (1958)
o  Dimedan Perang (1962)
o  Laki-laki dan Mesiu (1951)
    •      Toto Sudarto Bachtiar
o  Etsa sajak-sajak (1956)
o  Suara - kumpulan sajak 1950-1955 (1958)
•      Ramadhan K.H
o  Priangan si Jelita (1956)
•      W.S. Rendra
o  Balada Orang-orang Tercinta (1957)
o  Empat Kumpulan Sajak (1961)
o  Ia Sudah Bertualang (1963)
•      Subagio Sastrowardojo
o  Simphoni (1957) Toha Mochtar
o  Pulang (1958)
o  Gugurnya Komandan Gerilya (1962)
o  Daerah Tak Bertuan (1963)
•      Purnawan Tjondronagaro
o  Mendarat Kembali (1962)
•      Bokor Hutasuhut
Datang Malam (1963)


5.Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1966-1970-an
•   Taufik Ismail
o Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia
o Tirani dan Benteng
o Buku Tamu Musim Perjuangan
o Sajak Ladang Jagung
o Kenalkan
o Saya Hewan
o Puisi-puisi Langit
•   Sutardji Calzoum Bachri
o O
o Amuk
o Kapak
•   Abdul Hadi WM
o Meditasi (1976)
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975)
o Tergantung Pada Angin (1977)
•   Sapardi Djoko Damono
o Dukamu Abadi (1969)
o Mata Pisau (1974)
•   M. Balfas
o Lingkaran-lingkaran Retak (1978)
•   Mahbub Djunaidi
o Dari Hari ke Hari (1975)
•   Wildan Yatim
o Pergolakan (1974)
•   Harijadi S. Hartowardojo
o Perjanjian dengan Maut (1976)
•   Ismail Marahimin
o Dan Perang Pun Usai (1979)
    •      Goenawan Mohamad
o  Parikesit (1969)
o  Interlude (1971)
o  Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o  Seks, Sastra, dan Kita (1980)
•      Umar Kayam
o  Seribu Kunang-kunang di Manhattan
o  Sri Sumarah dan Bawuk
o  Lebaran di Karet
o  Pada Suatu Saat di Bandar Sangging
o  Kelir Tanpa Batas
o  Para Priyayi
o  Jalan Menikung
•      Danarto
o  Godlob
o  Adam Makrifat
o  Berhala
•      Nasjah Djamin
o  Hilanglah si Anak Hilang (1963)
o  Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968)
•      Putu Wijaya
o  Bila Malam Bertambah Malam (1971)
o  Telegram (1973)
o  Stasiun (1977)
o  Pabrik
o  Gres
Bom
•   Djamil Suherman
o Perjalanan ke Akhirat (1962)
o Manifestasi (1963)
•   Titis Basino
o Dia, Hotel, Surat Keputusan (1963)
o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
o Pelabuhan Hati (1978)
o Pelabuhan Hati (1978)
•   Leon Agusta
o Monumen Safari (1966)
o Catatan Putih (1975)
o Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978)
o Hukla (1979)
•   Iwan Simatupang
o Ziarah (1968)
o Kering (1972)
o Merahnya Merah (1968)
o Keong (1975)
o RT Nol/RW Nol
o Tegak Lurus Dengan Langit
•   M.A Salmoen
o Masa Bergolak (1968)
•   Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
•   Chairul Harun
o Warisan (1979)
•   Kuntowijoyo
o Khotbah di Atas Bukit (1976)
•   Wisran Hadi
o Empat Orang Melayu
Jalan Lurus


6. Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980-1990-an
•         Ahmadun Yosi Herfanda
o    Ladang Hijau (1980)
o    Sajak Penari (1990)
o    Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o    Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o    Sembahyang Rumputan (1997)
•         Y.B Mangunwijaya
o    Burung-burung Manyar (1981)
•         Darman Moenir
o    Bako (1983)
o    Dendang (1988)
•         Budi Darma
o    Olenka (1983)
o    Rafilus (1988)
    •Sindhunata
o  Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
•Arswendo Atmowiloto
o  Canting (1986)
•Hilman Hariwijaya
o  Lupus - 28 novel (1986-2007)
o  Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o  Olga Sepatu Roda (1992)
o  Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
    •Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
•Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
•Dorothea Rosa Herliany
o  Nyanyian Gaduh (1987)
o  Matahari yang Mengalir (1990)
o  Kepompong Sunyi (1993)
o  Nikah Ilalang (1995)
Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999


7.    Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi

Widji Thukul

     Puisi Pelo
 Darman



8.    Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000-an
•   Seno Gumira Ajidarma
o Atas Nama Malam
o Sepotong Senja untuk Pacarku
o Biola Tak Berdawai
•   Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2.1: Akar (2002)
o Supernova 2.2: Petir (2004)
    •   Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
•   Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
•   Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)


C.    KESIMPULAN

Berdasasrkan analisis diatas dapat di simpulkan bahwa setiap karya sastra mengalami perkembangan dan perbedaan pada setiap angkatannya baik dari segi isi dan bentuknya. Angkatan 20-an (balai Pustaka) dimana karya-karya sastranya yang dihasilkan bersifat kedaerahan atau kebangsaan yang belum maju dan adanya keterikatan tradisi pada masa itu.
Angkatan pujangga baru mulai mengalami sedikit perubahan dari angkatan balai pustaka, dimana karya-karya sastra yang lahir dalam angkatan ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis, dan tidak terikat dengan tradisi, serta seni harus berorientasi pada kepentingan masyarakat. Di samping itu, kebudayaan yang dianut masyarakat adalah kebudayaan dinamis
Angkatan 1945 mengalami perubahan dan perbedaan dengan karya-karya pada kedua angkatan diatas. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan.
Angkatan 1950-1960-an berbeda dengan karya sastra angkatan 1945, jika pada angkatan 1945 karya-karyanya tentang perjuangan melawan kemerdekaan, maka pada angkatan ini mengemukakan pertentangan-pertentangan politik karena adanyan gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Dan karya sastra pada angkatan ini didominasi oleh cerpen-cerpen dan kumpulan puisi.
Angkatan 1966-1970-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1950-1960-an, karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd.
Angkatan 1980-1990-an berbeda dengan karya-karya sastra angkatan 1966-1970-an, pada angkatan ini karya sastra di Indonesia banyak bertemakan ketuhanan dan juga munculan roman-roman  percintaan.
Angkatan Reformasi, jika pada angkaytan ’80-90-an mengangkat tema-tema ketuhanan dan percintaan, lain hanlnya dengan angkatan ini. Pada angkatan ini dikenal dengan maraknya karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi.
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul angkatan 2000-an, pada angkatan ini berbeda juga dengan angkatan reformasi, pada angkatan ini karya-karyanya cenderung vulgar dan banyak bermunculan fiksi-fiksi islami.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwadi. 2004. Sejarah Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta: Gama Media.
Riswandi, Bode dan Titin Kusmini. 2010. Pembelajaran Apresiasi Prosa Fiksi. Tasikmalaya: Siklus Pustaka.
Navis, A.A. 2009. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.